Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2015, 16:00 WIB

Ayah yang menggunakan anaknya itu tidak sungguh-sungguh ingin berhenti. Kalau dia mau berhenti, maka dia akan proaktif. Ia akan mengunjungi terapis, berkonsultasi dengan dokter, berkomitmen mengurangi jumlah rokok per harinya, dan bisa juga minta bantuan keluarga/teman untuk menegurnya bila ia sudah melewati batas jumlah rokok yang ia tentukan.

Ditiru anak

Sisi lain dari fenomena tersebut adalah anak belajar untuk tidak bertanggungjawab pada perilakunya. Ia melihat kalau dia mau berhenti dari suatu perilaku, maka hal itu bisa dilakukan dengan syarat. Kalau dia ingin berhenti mengompol, maka ia akan bilang ke ibunya : "Kalau Ibu bisa dapat 1000 like, aku berhenti ngompol." Nah!

Anak belajar untuk melakukan sesuatu dengan syarat, padahal kita mengajarkan anak-anak untuk bisa mencintai tanpa syarat. Dalam hal ini, anak 'dipaksa' untuk memiliki paradigma :

- Kita tidak bisa menghentikan perilaku kita yang salah, karena keputusan untuk berhenti itu tergantung pada orang lain

- Kalau tidak ada orang yang mau membantu kita untuk berubah, maka sebaiknya kita tidak berubah.

Apa memang paradigma seperti itu yang kita inginkan tumbuh dalam diri anak-anak kita?

Naftalia Kusumawardhani, Versi lengkap artikel ini bisa dibaca di M

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com