Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Inggris Meninggal karena Kebanyakan Minum Saat Hiking

Kompas.com - 06/10/2015, 14:05 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Kebanyakan minum juga ternyata berbahaya. Seorang wanita Inggris berusia 47 meninggal karena minum terlalu banyak saat hiking. Kadar garam dalam darahnya anjlok menyebabkan otaknya membengkak dan meninggal.

Menurut dokter di Inggris, ini merupakan kasus terdokumentasi pertama dari seorang pejalan kaki yang meninggal karena kebanyakan air. Membeberkan kasus itu di jurnal Wilderness & Enviromental Medicine, seorang wanita yang tak disebutkan namanya, berjalan kaki sejauh hampir 10 km melintasi Grand Canyon National Park bersama suaminya pada September 2008.

Tetapi sesudah dibawa ke rumah sakit terdekat, wanita itu tiba-tiba duduk dan menarik infusnya. Menurut jurnal tersebut ia memuntahkan banyak cairan bening dan tiba-tiba menjadi tidak responsif. Dokter mencoba menstabilkan kondisi dengan memberi cairan saline (garam dan air) serta oksigen. Sayangnya, ia tak pernah bangun dan otaknya dinyatakan mati, 19 jam setelah ia kolaps.

Dokter mengatakan wanita itu mengalami pembengkakan otak parah karena kebanyakan air yang menyebabkan tekanan ke otak, pergerakan jaringan-jaringan otak dan akhirnya kematian otak. Menurut suaminya, wanita itu minum banyak air dan makan sangat sedikit saat hiking.

Jumlah air yang dikonsumsinya selama jalan lintas alam itu menyebabkan garam vital dan mineral di tubuhnya menipis. Dokter menyimpulkan ia terkena hiponatrema karena olahraga dengan kadar sodium rendah dalam darahnya.

Olahraga lama dan intensif menyebabkan tubuh kehilangan sodium, mineral yang penting untuk menjaga keseimbangan kadar air dalam sel-sel tubuh. Kekurangan sodium menyebabkan air masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan otak menjadi bengkak dan peningkatan tekanan menyebabkan tubuh mati.

Karena otak dibatasi oleh tengkorak, hanya ada sedikit ruang untuk pembengkakan otak. Setelah membesar sampai 6 persen, otak mengenai tulang dan mulai menekan tengkorak. Inilah yang menyebabkan koma, kerusakan otak, kejang dan juga kematian.

"Gejala awalnya berupa mual, muntah dan pusing yang dapat meningkat menjadi kebingungan, status mental berubah, dan kematian jika tak diobati," kata dokter yang menulis laporan kasus. Mereka memperingatkan seringkali terjadi penundaan gejala setelah seseorang berhenti olahraga.

Kendati jarang, atlet marathon berisiko meninggal karena kebanyakan cairan. Itu sebabnya dokter di AS memperingatkan bahaya kematian ketika atlet minum rata-rata tiga liter saat pertandingan.

Kematian wanita Inggris itu sejatinya bisa dicegah jika ia diberi infus yang mengeluarkan cairan dari sel-sel tubuhnya, bukannya cairan garam dan air yang membuat kondisinya memburuk.

Gejala kondisi ini memang tak spesifik dan kerap mirip dengan kondisi kepanasan, penyakit ketinggian saat naik gunung, hipoglikemia (kadar gula terlalu rendah). Riwayat asupan cairan kebanyakan dan kejang, perburukan status mental yang cepat setelah olahraga sebaiknya diwaspadai.

Setelah kasus kematian itu, Grand Canyon National Park mengubah perawatan kegawatdaruratannya dan mereka memiliki stok cairan hipertonik IVF. Mereka juga mempunyai tes untuk mengecek kadar sodium dalam darah. Penulis jurnal ini menyarankan pertandingan olahraga yang melibatkan atlet dengan daya tahan tinggi seperti marathon harus memperhatikan kondisi ini pula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com