Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2015, 19:13 WIB
Magdalena Windiana Siahaan

Penulis


KOMPAS.com – Berlebihnya berat badan secara signifikan meningkatkan risiko terkena diabetes. Namun, siapa sangka, orang kurus juga tak lepas dari risiko diabetes.

Biasanya, penyakit berlebihnya kadar gula dalam darah ini rentan menyerang orang-orang bertubuh tambun karena obesitas. Namun, orang kurus pun ternyata juga bisa disebut mengalami obesitas ketika tubuhnya punya lebih banyak lemak daripada otot.

Dalam istilah medis, kondisi orang berberat badan normal tetapi menderita obesitas disebut sebagai metabolically obese normal weight (MONW). Keberadaan lemak ini yang bisa mendongkrak kadar gula darah orang yang terlihat kurus sekalipun.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Aris Wibudi, mengatakan diabetes bukan masalah gemuk atau kurus melainkan komposisi lemak. (Kompas.com, 11/5/2010).

“Bila komposisi lemaknya tinggi, terutama di sekitar perut, maka risiko terkena diabetes lebih tinggi, apalagi kalau pola makannya tidak dijaga," papar Aris. (Baca: Orang Kurus Bisa Kena Diabetes?)

Aris menambahkan, komposisi tubuh yang baik adalah yang berotot. Dengan kata lain, bila badan kurus tapi tak berotot dan isinya lemak saja, pasti akan ada gangguan.

Sebagai contoh, Aris menyebutkan atlet binaraga Ade Rai yang sebenarnya memiliki indeks massa tubuh 30 atau termasuk gemuk. “Meski begitu, Ade Rai terbilang tidak memiliki lemak. Karena itu, ia bisa terbebas dari diabetes," tegas dia.

Antisipasi diabetes

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Journal of the American Medical Association, satu dari empat orang kurus juga memiliki gejala diabetes dan termasuk dalam kategori obesitas. Oleh karena itu, orang bertubuh kurus pun perlu melakukan antisipasi terhadap diabetes.

Di antara langkah untuk mengantisipasi diabetes adalah rutin mengukur kadar glukosa darah. Pemeriksaan pun bisa dilakukan mandiri, misalnya memakai alat seperti OneTouch SelectSimple.

Perangkat ini sudah dilengkapi bloodstrip dan memiliki tingkat akurasi yang diperlukan untuk memulai cek gula darah mandiri. Peranti tersebut juga dilengkapi alarm untuk gula darah tinggi dan rendah. Pengecekan dilakukan setiap tiga hari, sebelum dan sesudah makan.

Hasil tes terbilang normal bila didapati kadar glukosa kurang dari 100 mg/dl. Bila angkanya berada dalam rentang 100 mg/dl hingga 125 mg/dl, orang tersebut masuk kategori pre-diabetes. Hasil tes melebihi 126 mg/dl, menunjukkan kemungkinan seseorang positif menderita diabetes.

Jadi, bertubuh kurus saja tidak cukup untuk memastikan terbebas diabetes. Hidup sehat dengan menjaga pola makan, olahraga, dan memantau kadar gula secara berkala, adalah cara menjauhkan diabetes dari badan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau