Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2016, 13:05 WIB

Konon, kolik lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat susu botol ketimbang bayi yang disusui ibunya. Bayi juga dapat mengalami kolik lantaran intoleransi laktosa dari makanan yang dikonsumsi ibunya.

Ingat, saat menyusui, apa yang dimakan ibu, dikonsumsi juga oleh bayi. Bila ibu mengonsumsi susu sapi, maka protein yang berasal dari susu sapi dapat terbawa dalam ASI.

Bila ASI ini diberikan kepada bayi, maka ia pun berisiko mengalami kolik akibat intoleransi laktosa. Lantaran usus bayi masih dalam tahap perkembangan, sensitivitas usus tersebut menyebabkan produksi gas yang menimbulkan rasa nyeri.

Anjuran:

Saat bayi mengalami kolik, para ibu dianjurkan untuk menghindari semua jenis produk olahan susu dari daftar makanannya. Setelah itu, catat setiap perubahan kondisi bayi. Jika memang produk olahan susu sebagai penyebabnya, maka kolik akan benar-benar hilang dalam waktu kurang lebih seminggu.

Cara untuk mengetahui apakah bayi kita toleran terhadap produk olahan susu atau tidak, hanya berdasarkan pengalaman melalui respons bayi terhadap proses eliminasi bahan makanan tersebut.

Kebanyakan bayi akan menjadi lebih toleran dalam kurun 3 bulan, namun beberapa bayi lainnya tetap mengalami masalah intoleransi dalam kurun waktu lebih lama.

Selain itu, pada 6 bulan pertama, ibu juga sebaiknya memberikan ASI eksklusif pada si kecil. Dengan begitu, risiko kolik dapat diminimalkan.

 

4.  Mikroorganisme

Beberapa bukti menunjukkan, adanya hubungan kolik pada bayi dengan mikroorganisme dalam usus. Berbagai penelitian juga menemukan, bayi-bayi dengan kolik memiliki karakteristik pola mikroorganisme usus yang berbeda.

Anjuran:

Beberapa pakar menyarankan pemberian probiotik, bila kolik itu disebabkan oleh perbedaan pola mikroorganisme dalam usus, intoleransi laktosa, peradangan pada lambung, serta banyaknya gas dalam perut.

Probiotik juga diketahui bermanfaat dalam menunjang kesehatan pencernaan bayi. Beberapa probiotik yang disarankan antara lain  Lactobacillus acidophilus atau Lactobacillus reuteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com