Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan Jantung Fibrilasi Atrium Kini Bisa Ditangani dengan PFA, Apa Itu?

Kompas.com - 03/01/2025, 07:05 WIB
Khairina

Penulis

KOMPAS.com- Teknologi pulsed-field ablation (PFA) banyak digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan fibrilasi atrium, jenis gangguan irama jantung atau aritmia yang banyak diderita masyarakat Indonesia.

Teknologi ini bekerja melalui proses electroporation, yaitu pengiriman gelombang listrik pendek yang membuka pori-pori membran sel sehingga jaringan yang ditargetkan dapat dihancurkan dengan aman tanpa memengaruhi jaringan lainnya.

“Pulsed Field Ablation (PFA) adalah sebuah game changer dalam pengobatan fibrilasi atrium. Tidak hanya teknologi ini membawa standar baru dalam efektivitas pengobatan, tetapi juga menempatkan kenyamanan dan keamanan pasien sebagai prioritas utama," ujar dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), PhD, ahli aritmia di Heartology, dalam rilis yang diterima KOMPAS.com, Kamis (2/1/2025).

Baca juga: Aritmia Bisa Sebabkan Kematian Mendadak, Kenapa? Ini Ulasannya...

 

Menurut Sunu, selain penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung atau aritmia menjadi penyumbang penyakit jantung yang signifikan. Adapun jumlah penderita fibrilasi atrium (FA) diperkirakan mencapai tiga juta penduduk dengan prevalensi yang semakin meningkat.

"Normalnya, jantung akan berdenyut sekitar 60-100 kali per menit saat kita sedang santai, namun pada FA, serambi jantung bisa berdenyut lebih dari 400 kali per menit. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan gagal jantung. Penggumpalan darah yang terbentuk dapat mengakibatkan terjadinya stroke," jelas Sunu.

Pasien FA mempunyai risiko 4-5 kali lipat terjadinya stroke dibanding pasien yang bukan FA. Selain itu, denyut serambi jantung yang supercepat dan tidak teratur meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung dan meningkatkan mortalitas pasien FA.

Selama ini penanganan fibrilasi atrium meliputi terapi obat-obatan (medikamentosa), kontrol faktor risiko, dan kateter ablasi.

Pasien yang tidak mempan dengan obat-obatan, kata Sunu, perlu dilakukan tindakan kateter ablasi untuk mencegah memburuknya fungsi pompa jantung atau gagal jantung, menurunkan risiko stroke dan memperpanjang usia pasien.

Kateter ablasi adalah tindakan invasif minimal non-bedah menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha dan didorong ke dalam jantung untuk mengidentifikasi dan mematikan sumber aritmianya.

Baca juga: Kenali Sindrom Kematian Mendadak akibat Aritmia yang Bisa Sebabkan Meninggal Saat Tidur

 

Secara umum, kata Sunu, tindakan kateter ablasi dapat dilakukan menggunakan ablasi thermal dan non-thermal. Ablasi thermal dapat menggunakan energi radiofrekuensi, yaitu energi panas untuk menciptakan lesi, atau energi krio (cryo) yang menggunakan energi dingin untuk membekukan jaringan.

Sedangkan teknologi ablasi non-thermal yang saat ini banyak digunakan di seluruh dunia adalah pulsed-field ablation (PFA). 

"Oleh karena sifat terapinya yang selektif seperti ini, maka tindakan ablasi dengan PFA ini lebih cepat, lebih efektif dan lebih aman bagi pasien," kata Sunu lagi.

Dia mengatakan, Heartology Cardiovascular Hospital adalah rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Pulsed Field Ablation (PFA) dalam tatalaksana fibrilasi atrium.

Tindakan dilakukan pada tanggal 28 Desember 2024 pada seorang pasien, usia 65 tahun, dari Sumatera Barat yang telah lama mengalami FA. Keluhan yang dirasakan terutama berupa berdebar, dada tidak nyaman dan mudah lelah. Pasien telah menjalani pengobatan FA di daerah asalnya selama beberapa tahun, namun aritmia (FA) nya belum sembuh. 

"Teknologi ini menghadirkan harapan baru bagi pasien dengan gangguan irama jantung," kata Sunu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau