Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2016, 15:05 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Rata-rata ibu bekerja lebih cenderung untuk menyusui bayi mereka tak lebih dari enam bulan—waktu minimum pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi—dengan catatan jumlah jam kerja kurang dari 20 jam seminggu.

Bila lebih dari itu, pemberian ASI eksklusif dinilai bisa menjadi lebih sebentar atau kurang dari 6 bulan, sebuah penelitian di Australia mendapati hasil.

Padahal, dokter anak merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayi mereka secara eksklusif setidaknya enam bulan, karena dapat mengurangi risiko bayi dari infeksi telinga dan pernapasan, sindrom kematian bayi mendadak, alergi, obesitas dan diabetes.

Ibu juga bisa mendapatkan keuntungan dengan waktu pemberian ASI yang lebih lama seperti menurunkan risiko depresi, kerusakan tulang, dan jenis kanker tertentu.

Para peneliti menganalisis data dari 2.300 ibu yang bekerja sebelum bayi mereka lahir. Pada saat bayi berusia enam bulan, sekitar 60 persen ibu yang bekerja dengan jumlah jam kerja tidak lebih dari 19 jam seminggu, masih menyusui bayi mereka secara eksklusif selama setidaknya 6 bulan.

Tetapi, saat jam kerja meningkat lebih dari 20 jam seminggu, kemungkinan untuk terus menyusui menjadi lebih kecil.

Hanya 47 persen ibu dengan jam kerja 20-34 jam seminggu yang masih menyusui bayinya hingga 6 bulan, dan hanya 39 persen ibu dengan jam kerja 35 jam seminggu yang masih menyusui.

"Selama ibu menjaga jam kerja mereka setidaknya 19 jam per minggu, mereka lebih mungkin untuk berhasil menyusui selama enam bulan," penulis utama studi Ning Xiang , seorang peneliti di University of Queensland di Australia.

"Menyusui adalah sebuah kegiatan yang memerlukan banyak waktu, wanita yang bekerja perlu bekerja ekstra untuk bisa memberikan ASI kepada bayi mereka, seperti membutuhkan ruang dan privasi untuk memompa dan kemudian tempat untuk menyimpan susu. Sayangnya, kegiatan tersebut belum didukung di semua tempat kerja," seorang peneliti di Vanderbilt University School of Nursing di Nashville yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau