Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lusia Kus Anna
Wartawan

Wartawan, menyukai isu-isu kesehatan dan parenting, penikmat film.

Sia-siakah Memvaksin Anak Kita?

Kompas.com - 29/06/2016, 11:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Tetapi, agar wabah penyakit tak muncul, cakupan anak yang divaksin harus di atas 80 persen. Jika cakupan imunisasi tinggi, manfaat pencegahan penularan penyakit juga lebih nyata.

Mengingat jumlah bayi dan anak di Indonesia jutaan orang, untuk mencapai cakupan yang tinggi perlu kerja sama semua pihak, baik pemerintah, petugas kesehatan, maupun masyarakat.

Selain itu, ancaman virus dan bakteri yang semakin besar karena mudahnya perjalanan orang antar negara, seharusnya membuat orangtua lebih berhati-hati melindungi anaknya. Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah penyakit.

Upaya hidup bersih dan juga obat-obatan herbal memang bisa meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi tidak dapat menggantikan imunisasi karena untuk mencegah penyakit diperlukan antibodi yang meningkat tajam. Hal ini belum dapat dicapai tanpa pemberian vaksin.

Jaminan

Mengingat pentingnya vaksin bagi kesehatan anak kita, maka pemalsuan vaksin merupakan sebuah kejahatan luar biasa.

Kita boleh sedikit lega karena Presiden Joko Widodo menegaskan akan menghukum berat sindikat vaksin palsu. Dengan begitu, kita berharap kejahatan ini tidak terulang lagi di kemudian hari.

Masyarakat juga menaruh harapan besar pada pemerintah agar pengawasan vaksin dan obat diperkuat agar kita bisa memenuhi hak anak atas kesehatan.

Walau awam, bahkan dokter, mungkin sulit membedakan secara langsung vaksin asli dan palsu, tetapi orangtua diharapkan tetap tenang. Jangan sampai orangtua tidak mengimunisasi anaknya karena kasus ini karena akibatnya justru lebih merugikan. Buang jauh-jauh juga perasaan percuma memberikan vaksin pada anak.

Kementrian Kesehatan menyarankan agar orangtua tetap memberikan anak-anaknya imunisasi dasar. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan, HM Subuh mengatakan, 89 persen imunisasi dasar dilakukan di puskesmas, posyandu, hingga pos-pos yang didirikan pemerintah.

Bila orangtua tidak yakin apakah anaknya sudah mendapat vaksin asli atau palsu, tidak ada salahnya melakukan vaksinasi ulang. Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Hindra Irawan Satari, mengatakan tak ada efek tambahan bagi anak jika dilakukan vaksin ulang.

Pemberian vaksin ulang akan membuat anak yang sebelumnya dapat vaksin palsu akan mendapat kekebalan. Yang sudah dapat vaksin asli akan mendapat kekebalan baru.

Pemerintah menyediakan layanan vaksinasi ulang dan menjamin keaslian vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (fasyankes). Masyarakat juga bisa memilih rumah sakit dan dokter terpercaya. Bila ada keraguan, tak perlu sungkan mengungkapkannya kepada tenaga kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com