Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 08/09/2016, 09:53 WIB
EditorLusia Kus Anna

Oleh Robert Adhi KSP

Persoalan obat palsu sudah muncul sejak tahun 1960-an dan terus terjadi hingga kini. Arsip berita harian Kompas sejak 1966 sudah memuat berita-berita tentang obat palsu. Hampir setiap tahun, berita tentang obat palsu dimuat di Kompas.

Harian Kompas, Kamis, 1 September 1966, memberitakan, komplotan pemalsu obat suntik yang terdiri enam orang dan beroperasi di Jakarta dengan nama PT Dupa Surabaya ditangkap polisi. Komplotan ini membuat obat suntik palsu di sebuah laboratorium darurat di sebuah tempat di Jakarta. Polisi menyita obat suntik B Complex dan Della Liver yang dipalsukan.

Bukan hanya obat suntik yang dipalsukan, obat pencegah hamil juga dipalsukan. Kompas, Senin, 4 November 1968, memberitakan, obat pencegah hamil Lyndiol dijual di sekitar Bekasi. Salah seorang yang memakan obat itu mengalami pendarahan yang membahayakan jiwanya.

Obat palsu menyebabkan seorang pasien di sebuah rumah sakit pemerintah di Jawa Tengah meninggal dunia. Menurut berita Kompas, Rabu, 8 Oktober 1969, obat palsu yang sudah diuji di laboratorium Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu dibeli dari sebuah perusahaan di Jakarta yang tidak memiliki izin resmi menjual obat-obatan.

Departemen Kesehatan menganjurkan semua rumah sakit, poliklinik, dan rumah sakit bersalin untuk membeli obat-obatan dari sumber yang resmi dan mengetahui asal-usul obat-obatan yang dibeli.

Indonesia pasar utama obat palsu

Indonesia dinilai sudah menjadi pasar utama obat-obatan palsu yang diproduksi di Hongkong. Berita Kompas, Selasa, 8 Desember 1970, menyebutkan, Hongkong menjadi pusat pembuatan obat-obatan palsu dengan merek tidak sah yang membanjiri wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Kepolisian Hongkong, seperti dikutip Hongkong Standard, menyelidiki lokasi pembuatan obat-obatan palsu. Salah satu merek obat yang dipalsukan adalah Dumex.

Pemalsuan tablet Codein juga terjadi dan diakui Direktur Utama PN Farmasi dan Kesehatan Bhinneka Kimia Farma Soekardjo seperti diberitakan Kompas, Sabtu, 30 Januari 1971. Dia membenarkan banyak obat bius, khususnya Codein, dipalsukan dan beredar di pasaran umum. Padahal, impor, produksi, dan pemasaran Codein masih monopoli Bhinneka Kimia Farma.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+