Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2017, 18:05 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Meski diet yoyo banyak dikritik karena membuat berat badan turun naik, penelitian belum lama ini melihat adanya manfaat untuk kesehatan. 

"Diet ketat mungkin paling pas dibandingkan dengan pergi ke dokter gigi," kata ahli biostatistik Amerika Serikat, David Allison. Dengan cara yang sama, metode diet ekstrem itu menjamin seseorang jadi lebih sehat, meski berat badan cenderung kembali naik.

Dr Allison menemukan bahwa dalam uji terhadap tikus, diet berulang tampaknya tak terlalu berbahaya. Faktanya, mereka yang menjalani diet yoyo hidup lebih lama dibandingkan dengan yang tetap gemuk.

Dr Allison mengatakan, teknik diet itu mungkin berguna bagi banyak orang untuk tetap fit.

Dokter yang berasal dari University of Alabama, Birmingham, ini mengatakan, "Jika Anda pergi ke dokter gigi untuk pemeriksaan enam bulanan, mereka menemukan plak di gigi dan membersihkannya. Dokter kemudian memberi sikat gigi dan benang."

Enam bulan kemudian plak gigi itu ada lagi. Demikian juga penurunan berat badan. Tak ada orang yang bilang pergi ke dokter gigi itu sebuah kegagalan.

Bicara pada pertemuan tahunan American Association for Advancement of Science (AAAS) di Boston, Massachusetts, ia menambahkan, "Kami pikir mungkin tidak buruk untuk menurunkan berat badan, meskipun berat badan bakal kembali naik dan kita harus mengulang diet itu lagi."

Sekitar dua dari tiga orang dewasa Inggris memiliki indeks massa tubuh termasuk kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan itu meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit lever, dan beberapa jenis kanker.

Ahli gizi terkemuka Susan Jebb, profesor diet dan kesehatan masyarakat dari Oxford University ini, berpendapat lebih baik menurunkan berat badan daripada tak melakukan apa pun.

"Saya setuju pada pemikiran menurunkan berat badan secara umum berfaedah, bahkan kendati berat badan itu bakal naik lagi," katanya.

"Kami punya bukti dari studi-studi jangka panjang setelah studi intervensi terkontrol pada manusia bahwa ada manfaat dari situ," katanya.

Namun, Prof Tim Spector dari King's College London dan penulis The Diet Myth tak setuju dengan diet yoyo.

"Data pada manusia membuktikan bahwa diet yoyo membuat kita naik berat badan dalam jangka panjang. Dalam studi kembar kami terhadap 5.000 orang kembar, pelaku diet ini biasanya lebih berat dalam jangka panjang dibandingkan kembar identik yang tidak melakukan diet," katanya.

"Studi dari Israel baru-baru ini terhadap tikus membuktikan diet yoyo mengubah besar-besaran populasi mikroba di usus yang secara permanen mengubah regulasi energi," kata Prof Spector. Mikroba itu menyebabkan obesitas ketika ditransplantasi ke tikus-tikus lain.

"Jadi bukti kami menunjukkan diet pembatasan kalori ketat harus dihindari," katanya.

Para ahli dalam pertemuan tahunan itu juga memperingatkan bahwa obesitas dapat menular secara sosial. Bergaul dengan orang yang mengalami kenaikan berat badan meningkatkan risiko kenaikan berat badan pula.

Sebaliknya, menghabiskan waktu olahraga di gym dengan teman mendorong perilaku lebih sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau