Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/03/2017, 15:55 WIB

Obesitas

Seiring perkembangan ilmu kedokteran, berbagai hasil riset menunjukkan obesitas jadi faktor risiko independen penyakit ginjal kronis. Obesitas memberi beban terlalu tinggi pada ginjal. Dengan tubuh lebih besar, massa organ dalam membesar sehingga memaksa ginjal bekerja amat keras untuk mengeluarkan zat sisa dari tubuh.

Terkait hal itu, International Society of Nephrology dan International Federation of Kidney Foundations menjadikan "Penyakit Ginjal dan Obesitas" sebagai tema Hari Ginjal Sedunia tahun 2017, diperingati tiap Kamis minggu kedua Maret.

Di dunia, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan, prevalensi obesitas secara global lebih dari dua kali dibanding tahun 1980. Sekitar 600 juta orang saat ini menderita obesitas. Adapun jumlah anak usia di bawah lima tahun (balita) berbobot berlebih dan obesitas 41 juta orang. Artinya, mereka yang berpotensi terkena penyakit ginjal kronis di masa depan amat tinggi.

Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi obesitas warga berusia di atas 15 tahun 19,1 persen. Pada 2013, prevalensi warga di atas 18 tahun yang kegemukan 22 persen. Prevalensi obesitas sentral penduduk di atas 15 tahun pada 2007 ke 2013 naik dari 18,8 persen jadi 26,6 persen.

Anggota staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Triyani Kresnawan, menambahkan, obesitas tak hanya jadi faktor risiko penyakit ginjal kronis tetapi juga hipertensi, stroke, gagal jantung, sampai kanker. Mencegah obesitas dengan asupan makanan bergizi seimbang yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur menjadi penting.

Konsultan Ginjal Hipertensi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM Jakarta, Ginova Nainggolan, mengungkapkan, pencegahan penyakit ginjal sekaligus mencegah penyakit kardiovaskular. Sebab, penyakit ginjal kronis jadi faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Namun, gejala penyakit ginjal kronis kerap tak terdiagnosis dan terabaikan. Pasien dan tenaga medis kurang awas dengan kemungkinan penyakit ginjal. Pada stadium I dan II, penyakit ginjal kronis biasanya tak ada gejala tertentu sehingga menyulitkan diagnosis.

Untuk itu, upaya pencegahan amat penting. Itu bisa dilakukan dengan rutin mengecek tekanan darah dan gula darah, menghindari konsumsi obat sembarangan. Cara lain ialah menghindari faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus dengan rajin berolahraga, mengonsumsi sayur dan buah, membatasi asupan gula, garam, dan lemak. (Kompas/Adhitya Ramadhan)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul "Saat Ginjal Gagal Berfungsi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com