Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian, Berikut Cara Mengobatinya

Kompas.com - 30/12/2019, 14:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Sumber Healthline,

KOMPAS.com - Patah hati bisa jadi terlihat sepele. Banyak orang mungkin pernah merasakannya.

Jika dikontrol, perasaan sedih dan gelisah akibat patah hati ternyata memiliki efek besar bagi kesehatan.

Sebuah riset pada tahun 2010 yang dimuat dalam Journal of Neurophysiology membuktikan perpisahan dengan orang yang dicintai membuat otak mengirimkan sinyal rasa sakit ke sekujur tubuh dan menimbulkan berbagai gejala awal serius.

Riset tersebut dilakukan dengan meneliti 15 orang yang baru saja putus cinta. Mereka diminta untuk memandangi foto mantan kekasih masing-masing.

Hasil pemeriksaan menunjukkan area tertentu dalam otak para obyek penelitian yang bisa memicu rasa sakit tampak beraktivasi saat melihat foto sang mantan.

Baca juga: Sering Stres dan Gampang Emosi, Waspadai Sindrom Patah Hati

Hal ini menunjukan adanya penolakan serta rasa sakit secara emosional dan fisik pada mereka yang baru perpisah.

Gejala awal seseorang yang putus cinta biasanya berupa penurunan nafsu makan dan susah tidur.

Hal itu bisa terjadi karena terjadi penurunan kadar dopamine dan oxytocin, yakni senyawa kimia yang membuat bahagia.

Senyawa itu kemudian digantikan oleh kadar kortisol atau hormon stress yang melejit naik.

Kortisol yang diproduksi juga akan menghambat aliran darah masuk ke dalam saluran pencernaan. Akibatnya, produksi asam lambung meningkat dan memberikan rasa tidak nyaman dalam perut.

Bisa sebabkan kematian

Kabar buruknya lagi, patah hati dapat menyebabkan depresi yang meningkatkan risiko penyakit jantung hingga kematian.

Melansir dari Hello Sehat, pada saat seseorang mengalami depresi, terjadi ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) dalam tubuh. Kondisi ini bisa memicu kekacauan dua jalur kimia dalam tubuh.

Dua jalur tersebut yakni sistem saraf autonom yang mengatur tekanan darah dan pembuluh darah, dan jalur HPA yang menghubungkan otak dengan kelenjar adrenal.

Kacaunya sistem saraf autonom akan mengakibatkan tekanan darah meningkat dan kemampuan jantung menurun. Kondisi ini diketahui memicu timbulnya serangan jantung.

Sementara itu, kekacauan pada jalur HPA menyebabkan penyumbatan pembuluh darah oleh lemak yang juga memicu serangan jantung.

Baca juga: Pasangan Alami Depresi Akibat Sakit Kronis, Apa yang Harus Dilakukan?

Bukan rahasia lagi, serangan jantung itu kini menjadi penyebab kematian paling umum.

Selain itu, depresi akibat patah hati juga bisa memicu keinginan seseorang untuk bunuh diri.

Dalam kebanyakan kasus, dorongan untuk bunuh diri ini dilatarbelakangi oleh gangguan jiwa kronis yang tidak terobati.

Cara mengatasi

Melansir dari Health Line, konselor pasangan Courtney Nesbitt, L.C.S.W., menyebut hanya waktu yang bisa menyembuhkan patah hati.

Namun, kita bisa meminimalisir efek negatif dari patah hati itu dengan tetap aktif meski merasa malas.

Kita juga bisa melakukan hal positif lain, seperti mempertahankan kebiasaan makan yang sehat dan tidak menarik diri dari lingkaran sosial.

"Banyak orang berusaha untuk kembali dengan mantan kekasih yang telah meninggalkannya. Padahal, bertahan dalam hubungan yang menyakitkan itu hanya memperbesar luka," ucap Courtney.

Oleh karena itu, Courtney merekmomendasikan kita untuk menahan diri agar tidak menghubungi mantan kekasih, termasuk lewat media sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com