GPK bisa juga dipahami sebagai istilah pengganti sindrom anak lamban (clumsy child syndrome).
Istilah itu digunakan untuk menggambarkan anak dengan inteligensia normal, tanpa kelainan medis yang teridentifikasi, namun mempunyai gangguan koordinasi yang berpengaruh pada performa akademik dan sosialisasi.
Menurut Jenni, penelitian telah membuktikan bahwa pada umumnya kelambanan ini cenderung dapat menetap sampai dewasa.
Dia memandang remaja dengan GPK sudah sewajarnya mendapat perhatian dari para orangtua dan guru.
"Mereka umumnya berisiko mengalami kesulitan belajar, masalah emosi dan perilaku," jelas Jenni dalam tulisannya.
Perlu dilakukan intervensi dari luar untuk membantu anak dengan GPK.
Baca juga: Benarkah Pola Asuh Tentukan Kepribadian Anak Sulung, Tengah, dan Bungsu bak Film NKCTHI?
Menurut Jenni, terdapat bukti kuat bahwa anak yang mendapat intervensi akan menjadi lebih baik daripada yang tidak diintervensi.
Intervensi yang efektif dilakukan, yakni dengan cara pendekatan keterampilan fungsional.
Di mana, para remaja yang mengalami masalah canggung atau lambat itu perlu diajari atau dicontohkan berbagai kegiatan sehari-hari yang harus mampu mereka lakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.