Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Era Boba dan Mukbang, Pemenuhan Gizi Seimbang Milenial Kian Menantang

Kompas.com - 25/01/2020, 12:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Di Indonesia, tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional.

Peringatan Hari Gizi Nasional ke-60 pada 2020 mengusung tema Gizi Optimal untuk Generasi Milenial.

Tema itu dipilih sering kebutuhan Indonesia akan remaja yang produktif, kreatif, dan kritis.

"Indonesia sedang menghadapi masalah triple burden," kata dr. Kirana Pritasari, MQIH., Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, lewat sambutan resminya.

Triple burden yang dihadapi Indonesia antara lain kekerdilan (stunting), kekurangan gizi (wasting), dan obesitas.

Baca juga: Milk Tea Brown Sugar Jadi Boba Paling Tidak Sehat, Bagaimana Baiknya?

Menurut Kemenkes, pembangunan kesehatan merupakan investasi utama pembangunan sumber daya manusia.

Salah satu komponen utamanya, adalah pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 hari pascakelahiran dan saat remaja.

Merujuk Pew Research Centre, generasi milenial adalah orang yang terlahir antara 1981 sampai 1996.

Baca juga: Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Frozen Food buat Anak

Ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. berpendapat, tantangan milenial untuk menjaga gizi seimbang dan optimal kian berat.

Ia menyebutkan, salah satunya dipicu intensnya iming-iming sejumlah makanan dan minuman tidak sehat kekinian yang minim gizi serta tinggi kalori dan gula.

Sebut saja boba milk tea brown sugar yang laris manis di pasaran sampai munculnya fenomena mukbang.

"Tayangan endorse di Instastory dan YouTube aneh-aneh. Dari mana milenial belajar makan benar? Mereka butuh tuntunan, bukan tontonan," katanya, Jumat (24/1/2020).

Tantangan lain yang dihadapi, keluarga milenial jamak tak lagi memprioritaskan pengasuhan lantaran tuntutan kebutuhan.

"Keluarga milenial banyak yang sibuk cari uang sampai lupa pengasuhan dan mengurus gizi keluarga. Anggota keluarganya makan sendiri-sendiri," jelasnya.

Selain itu, ia juga menyebut era kemudahan dan instan seperti saat ini membuat istilah sehat sering kali direduksi.

"Banyak bertebaran katering sehat. Tapi diam-diam pakai deep fried menunya. Sayurnya diguyur mayones. Kadang, biar pelanggan senang dikasih puding (manis)," katanya.

Menurut Tan, budaya makan asal kenyang tanpa mempertimbangkan gizi tersebut dapat berdampak buruk untuk jangka panjang.

Baca juga: Anak Susah Makan Bikin Gizi Buruk, Atasi dengan 7 Cara Berikut

Pasalnya, Indonesia memasuki masa bonus demografi pada 2030.

Jumlah penduduk usia produktif (antara 15-64 tahun), termasuk milenial, diproyeksikan sebesar 64 persen dari total penduduk.

"Usia produktif kalau sehat bisa mendongkrak negara dari middle income trap naik menjadi negara maju. Tapi kalau kesehatan amburadul, habis sudah," ujar Tan.

Untuk itu, Tan menyarankan berbagai pihak mulai sadar pentingnya gizi sehat dan seimbang.

Kampanye pentingnya gizi baru sebatas membangun kesadaran publik.

Dibutuhkan tahapan perubahan perilaku agar pemenuhan gizi sehat dan seimbang menjadi kultur dalam masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com