KOMPAS.com - Hari Minggu terakhir di bulan Januari selalu diperingati sebagai Hari Kusta Internasional. Peringatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta yang kerap terabaikan.
Menurut data Kementrian Kesehatan Indonesia (kemenkes), tahun 2000 Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta yakni prevalensi kusta kurang dari satu pers 10.000 penduduk.
Setelah itu, Indonesia masih bisa menurunkan angka kejadian meskipun relatif lambat. Tahun 2017, prevalensi kusta Indonesia masih bisa menrunkan angka kejadian kusta sebesar 0,70 kasus per 10.000 penduduk.
Meski demikian, angka prevalensi ini belum bisa dinyatakan bebas kusta. Pasalnya , masih ada beberapa provinsi yang prevalensinya masih di atas 1 per 10.000 penduduk.
Baca juga: Penyakit Tertua di Dunia dengan Gejala seperti Panu, Itulah Kusta
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 menyebut bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia sebagai penderita kusta terbanyak.
WHO pun mengkategorikan kusta sebagai salah satu penyakit tropis yang terabaikan (Neglected Tropical Disease).
Melansir Hello Sehat, kusta atau lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yaitu bakteri yang tahan asam dan berbentuk batang.
Kusta termasuk penyakit infeksi menular kronis yang menyerang sistem saraf, kulit, selaput lendir hidung, dan mata.
Kusta termasuk penyakit tertua di dunia dan menyebabkan kerusakan parah dan cacat signifikan. Tapi, pengobatan yang tepat akan membuat penderitanya sembuh total dan bisa kembali hidup normal.
Tanda-tanda klinis penyakit ini mudah diamati. Melansir laman SehatQ, berikut gejala-gejal yang terjadi pada penderita kusta:
Menurut laman Hello Sehat, ada dua jenis kusta yang umum terjadi di Indonesia. Berikut jenisnya:
Baca juga: Stigma Kusta Sepanjang Masa
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat akan membuat penderita kusta mengalami komplikasi berikut:
Bakteri penyebab kusta menyebar melalui kontak dengan sekresi mukosa dari seseorang yang terinfeksi. Ini biasanya terjadi ketika penderita kusta bersin atau batuk.
Sebenarnya, penyakit ini tidak mudah menular. Namun, kontak intensif dan terlalu dekat dengan penderita kusta bisa membuat kita tertular.
Bakteri penyebab kusta tumbuh sangat lambat dan membutuhkan waktu setidaknya 6 bulan atau bahkan 40 tahun untuk menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Tahun 1995, WHO mengembangkan terapi multidrug untuk menyembuhkan semua jenis kusta.
Selain itu, ada juga beberapa antibiotik mengobati kusta dengan membunuh bakteri penyebabnya. Antibiotik tersebut meliputi:
Baca juga: 4 Mitos Kusta yang Salah Kaprah, Jangan Lagi Dipercaya
Dokter kemungkinan akan meresepkan lebih dari satu antibiotik pada saat bersamaan.
Dokter biasanya juga memberi pasien obat anti inflamasi seperti aspirin (Bayer), prednison (Rayos), atau thalidomide (Thalomid). Perawatan akan berlangsung selama berbulan-bulan dan mungkin hingga 1 hingga 2 tahun.
Bagi ibu hamil penderita kusta, dokter biasanya melarang untuk konsumsi thalidomide karena dapat membuat bayi terlahir cacat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.