KOMPAS.com - Jumlah pasien meninggal dunia akibat virus corona Wuhan atau 2019-nCoV terus bertambah.
Melansir Kompas.com (30/1/2020) pagi, pihak otoritas China mencatat sudah ada 170 orang yang meninggal dunia karena terinfeksi virus corona.
Jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya 132 orang hingga Rabu (29/1/2020) siang.
Baca juga: Ini Alasan Warga Jauh dari Bandara Tetap Perlu Waspadai Virus Corona
Persentase pasien meninggal akibat virus corona Wuhan hingga Kamis pagi tercacat hanya sekitar 2,1 persen dari jumlah kasus terkonfirmasi virus corona baru sebanyak 7.864 kasus.
Melansir Kompas.com (29/1/2020), Wakil Ketua DPR Komisi IX Emanuel Melkiades Laka Lena menyebut berdasarkan data yang dia himpun, angka kematian angkibat virus novel corona rerlatif rendah.
Ia membandingkan persentase tersebut dengan virus flu burung yang jauh lebih mematikan.
"90 persen lebih dari total suspect positif (flu burung) itu meninggal dunia," jelas Emanuel.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan angka kematian akibat demam berdarah (DBD) di Indonesia?
Merangkum laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemkes), secara nasional, jumlah kasus DBD dari 1 Januari 2019 hingga 3 Februari 2019 yakni sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia.
Dengan kata lain, persentase orang meninggal akibat DBD hanya sekitar 1,02 persen.
Sementara itu, berdasarkan InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kemenkes, selama 2016 tercatat ada 204.171 kasus temuan DBD secara nasional. Dari jumlah itu, 1.598 di antaranya meninggal dunia.
Persentase angka penderita DBD meninggal dunia pada 2016 berarti hanya 0,7 persen dibanding orang yang terinfeksi.
Baca juga: Ini Jenis Masker yang Direkomendasikan Dokter untuk Cegah Virus Corona
Sedangkan selama 2017 Kemenkes mencatat 68.407 temuan kasus DBD dan 493 orang di antaranya meninggal dunia.
Dengan begitu, persentase angka orang meninggal dunia akibat DBD pada 2017 adalah 0,72 persen dibanding jumlah temuan kasus.
Jadi apabila disandingan dengan angka dari Kemkes tersebut, persentase tingkat kematian virus corona baru di seluruh penjuru dunia masih lebih besar dibanding tingkat kematian DBD di Indonesia pada tahun 2016, 2017, maupun awal 2019.
Ketika dimintai tanggapan, Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dr. Jatu Aphridasari, Sp.P (K), menyebut tingkat kematian akibat virus corona Wuhan terbilang kecil tapi jika dibandingkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) maupun Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS).
Menurut dia, tingkat kematian akibat virus corona baru mencapai 2 - 3 persen dibanding jumlah temuan kasus.
Sedangkan tingkat kematian akibat SARS mencapai 10 persen dibanding orang yang terinfeksi dan MERS mencapai 37 persen dibanding angka temuan kasus.
"Saya tidak tahu angka kematian akibat DBD, jadi saya bandingkan virus corona Wuhan dengan SARS dan MERS," jelas Jatu saat diwawancara Kompas.com, Kamis.
Baca juga: Berapa Tinggi Demam yang Jadi Gejala Virus Corona? Ini Kata Dokter
Hanya, menurut dia, tingkat penularan virus corona Wuhan memang tergolong cepat.
Penyebarannya bahkan lebih cepat dibanding SARS maupun MERS.
Oleh sebab itu, penularan virus corona Wuhan ini tetap patut diwaspadai oleh semua pihak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.