KOMPAS.com - Virus corona jenis baru yang merebak dari Wuhan, China, membuat sejumlah orang khawatir tertular penyakit ini.
Sejak muncul pada akhir Desember 2019, Wuhan coronavirus atau 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) terdeteksi di sedikitnya 16 negara.
Merujuk peta persebaran Wuhan coronavirus John Hopkins University, per Selasa (28/1/2020) sore, jumlah orang yang terinfeksi mencapai 4.474 orang.
Dari jumlah tersebut 107 di antara penderita yang terjangkit Wuhan coronavirus meninggal dunia.
Baca juga: Cara Pakai Hand Sanitizer untuk Cegah Penularan Infeksi Virus Corona
Melansir pemberitaan Kompas.com, Selasa (28/1/2020), Indonesia masih nihil temuan kasus positif terjangkit virus corona biang pneumonia itu.
Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 13 orang yang diobservasi karena diduga mengidap gejala yang mengarah pada virus corona.
Beberapa gejalanya antara lain demam, batuk, pilek, punya riwayat mendatangi Wuhan, atau pernah melakukan kontak langsung dengan penderita infeksi Wuhan coronavirus.
Sejauh ini, 11 orang dinyatakan negatif terjangkir virus corona.
Sedangkan status dua orang lainnya, menunggu hasil tes dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes.
Baca juga: Cara Pakai Masker untuk Cegah Penularan Infeksi Virus Corona
Dr Novita Eva Sawitri, Sp.P., M.Kes. dari Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta, menyarankan masyarakat tak perlu panik berlebihan menanggapi perkembangan wabah virus corona.
"Jangan panik, tapi tetap waspada," jelas dia ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (28/1/2020).
Beberapa gejala klinis infeksi virus corona baru di antaranya demam, batuk dan pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, serta lemah dan lesu.
Dokter yang akrab disapa Eva ini mengatakan, Anda perlu meningkatkan kewaspadaan saat gejala di atas dialami orang yang pernah kontak langsung dengan penderita infeksi virus corona.
Atau, gejala dialami orang yang baru kembali dari daerah yang terserang wabah (outbreak) Wuhan coronavirus dalam rentang waktu dua minggu.
"Jika terdapat gejala, segera beri tahu dokter, termasuk riwayat perjalanan (dari daerah outbreak)," jelas Eva.
Baca juga: Berapa Tinggi Demam yang Jadi Gejala Virus Corona? Ini Kata Dokter