KOMPAS.com - Sabun telah digunakan sejak ribuan tahun silam untuk mandi maupun membersihkan anggota tubuh.
Namun, sejak era 1990an, bertebaran informasi sabun batangan rentan menyebarkan bakteri saat digunakan bergantian.
Sehingga, orang lebih disarankan menggunakan sabun cair ketimbang sabun batangan.
Baca juga: Awas Berbagi Handuk Saat Liburan Bisa Picu Kurap Hingga Infeksi Paru
Melansir The New York Times, Richard Klasco, M.D., menjelaskan sabun batangan tidak bisa menularkan penyakit.
Studi awal yang menguatkan argumennya telah dirilis sejak 1965 silam.
Para ilmuwan sengaja mencemari tangan mereka dengan lima miliar bakteri jenis Staphylococcus dan E.coli.
Lantas, mereka mencuci tangan dengan sabun batangan dan meminta orang lain bergantian mencuci tangan dengan sabun tersebut.
Hasil penelitian membuktikan, tidak ada gangguan kesehatan setelah menggunakan sabun batangan secara bergantian.
Baca juga: Awas, Kamar Mandi Bisa Jadi Sarang Bakteri Jika Jarang Dibersihkan
Setelah itu, bermunculan penelitian lain yang menunjukkan efek penggunaan sabun batangan bergantian.
Kendati ada studi yang mengungkap ada bakteri di sabun batangan. Namun, studi tersebut menjelaskan sabun batangan bukan biang infeksi.
Sebaliknya, sejumlah penelitian menguatkan efektivitas sabun batangan dalam memerangi infeksi, termasuk wabah virus ebola.
Silang pendapat di antara sejumlah ilmuwan dari beragam kepentigan terkait rekomendasi sabun batangan atau cair, terus berulir.
Masing-masing kubu ilmuwan rajin mengampanyekan manfaat sabun batangan maupun sabun cair sejak 1980an.
Mereka kerap menyodorkan temuan bakteri di permukaan sabun batangan maupun botol wadah sabun.
Namun, kedua kubu tidak pernah mengungkapkan secara gamblang, risiko infeksi dari masing-masing pilihan.