Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salaman, Tos, Adu Kepal Tangan, Mana Paling Baik Cegah Penularan Penyakit?

Kompas.com - 02/03/2020, 15:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Banyak cara dilakukan untuk memberi salam atau menyapa orang lain.

Ada yang menjabat tangan, tos (high five), adu kepalan tangan (fist bump), atau mengatupkan kedua tangan di depan dada sambil membungkukkan badan ke depan (namaste).

Terlepas dari tujuan dan latar budaya di balik tradisi salaman tersebut, dunia kesehatan pernah meneliti risiko penularan penyakit dari sejumlah gaya bersalaman.

Baca juga: Awas, Kamar Mandi Bisa Jadi Sarang Bakteri Jika Jarang Dibersihkan

Adu kepalan tangan paling higienis

Melansir LA Times, para ahli dari Aberystwyth University Wales, pada 2014, melacak perpindahan bakteri dan patogen saat orang berjabat tangan, tos, sampai adu kepalan tangan.

Ahli meneliti sukarelawan yang menggunakan sarung tangan mengandung bakteri penyebab diare dan infeksi saluran cerna, E.coli.

Para sukarelawan lantas disuruh berjabat tangan, tos, sampai adu kepalan tangan dengan sukarelawan yang belum terpapar bakteri.

Hasilnya mengejutkan. Bersalaman dengan cara berjabat tangan bisa menularkan 124 juta mikroba E.coli.

Jumlah bakteri yang ditularkan tersebut nyaris dua kali lipat lebih banyak ketimbang orang yang hanya tos, dan sekitar 20 kali lipat lebih banyak ketimbang adu kepalan tangan.

Dengan kata lain, adu kepalan tangan seperti salam yang dipopulerkan Barrack Obama, 20 kali lebih higienis ketimbang jabat tangan biasa, dan 10 kali lebih higienis ketimbang tos.

Baca juga: Bisakah Sabun Batangan Menularkan Penyakit?

Menurut perwakilan peneliti, Sara Mela dan David E. Whitworth, transfer bakteri dalam berbagai gaya bersalaman sangat dipengaruhi durasi masing-masing.

Para ahli menyebut, umumnya jabat tangan lebih lama tiga detik daripada tos atau adu kepalan tangan.

Selain terkait durasi kontak, beragam gaya bersalaman juga dipengaruhi tekanan saat berjabat tangan.

Ahli mengunakan alat dinamometer untuk menakar pengaruh tekanan atau cengkeraman tangan orang saat bersalaman, dengan penularan bakteri.

Jabat tangan erat memungkinkan penularan bakteri lebih banyak ketimbang orang yang berjabat tangan tidak terlalu erat.

Menurut peneliti, riset eksperimentalnya bisa jadi menelurkan hasil serupa apabila materi mikrobanya diganti virus atau patogen berbahaya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau