KOMPAS.com – Siapa yang tak kenal gudeg? Rasa-rasanya, hampir semua orang di Indonesia sudah tak asing dengan makanan khas Yogyakarta ini.
Gudeg gori biasanya dapat ditemui dalam dua jenis, yakni gudeg kering dan gudeg basah.
Gudeg kering terbuat dari nangka muda yang dipotong kecil-kecil, kemudian dimasak dengan bumbu-bumbu seperti:
Agar gudeg berwarna kecokelatan, selama perebusan digunakan daun jati, daun jambu biji, dan kulit bawang merah.
Baca juga: Terbuat dari Ampas Tahu, Ini Manfaat Tempe Gembus bagi Kesehatan
Pada dasarnya, proses pembuatan gudeg kering serupa dengan gudeg basah. Bedanya, gudeg kering biasanya dimasak hingga 12 jam untuk menghasilkan gudeg benar-benar kering.
Gudeg basah maupun kering biasanya diajikan dengan ayam atau telur dan sambal goreng temped an krecek.
Sebagai penambah cita rasa, gudeg bisa disiram areh kental yang terbuat dari santan sehingga menambah sensasi rasa gurih dan nikmat.
Menurut Buku Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta (2014) karya Lily Arsanti Lestari dkk., satu porsi gudeg lengkap dengan nasinya dapat memberikan sumbangan asupan kalori dan karbohidrat yang cukup tinggi bagi tubuh setelah dikonsumsi.
Baca juga: 8 Faktor Penyebab Kolesterol Tinggi, Tak Hanya dari Makanan
Kandungan lemak dan protein pada gudeg juga sangat tinggi.
Oleh sebab itu, hal ini bisa menjadi kewaspadaan bagi para penderita penyakit degeneratif terutama hiperkolesterol untuk sebaiknya membatasi konsumsi nasi pada gudeg.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.