Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Dampak Buruk Orangtua Sering Membentak Anak

Kompas.com - 24/03/2020, 06:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Kebanyakan orangtua menginginkan setiap buah hatinya bisa tumbuh menjadi pribadi yang disiplin.

Anak-anak diharapkan memiliki sikap mental untuk melakukan hal-hal pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.

Tapi, untuk mendidik anak agar bisa menjadi disiplin, para orangtua sendiri tentu harus berjuang ekstra.

Baca juga: Ini 11 Efek Buruk dari Suka Marah Selain Bikin Darah Tinggi

Mereka salah satunya, harus belajar mengatakan “tidak” secara tegas dengan sabar, penuh kasih sayang, dan berwibawa.

Jangan sampai para orangtua bersikap tegas sambil menunjukkan kemarahan dan membentak anak

Jika hal itu sampai dilakukan, para orangtua akhirnya harus menanggung sendiri risiko anak tumbuh dengan pribadi yang tidak diharapkan.

Dalam buku 5 yang Dilarang (2013) karya Arfiani dan Rinna Rahmawati, dijelaskan ada 5 dampak buruk dari membentak anak.

Berikut kerugiannya:

1. Minder

Apabila anak selalu dicela dan dibentak serta tidak pernah menerima perhatian positif saat melakukan kebaikan, mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder.

Patut diwaspadai, anak-anak akan selalu merasa bahwa mereka hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain.

Baca juga: Hati-hati Orangtua, Marah pada Anak Sebabkan 11 Dampak Fatal

2. Cuek

Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek atau tidak peduli.

Karena sudah terlalu sering menerima bentakan, mereka akhirnya cenderung menjadi apatis.

Anak-anak pun kemudian bisa sering mengabaikan nasihat orangtua maupun orang lain.

Mungkin saja saat dibentak atau dimarahai, anak terlihat diam atau mendengarkan. Tapi, sesungguhnya yang terjadi adalah kata-kata dari orangtua hanya dianggap angin lalu.

3. Tertutup

Orangtua yang suka membentak tentu akan menakutkan bagi anak.

Anak-anak yang ketakutan tersebut sangat mungkin tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.

Mereka akhirnya tidak mau lagi berbagi cerita dnegan orangtuanya.

Kondisi ini jelas berbahaya bagi jiwa anak-anak karena mereka bisa sangat tertekan ketika harus menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?

4. Pemberontak atau penentang

Anak-anak juga berpotensi tumbuh menjadi pemberontak atau penentang jika sering dibentak orangtua.

Dalam hal ini, sikap menentang anak dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yakni:

  • Tipe penentang aktif di mana anak-anak menjadi pribadi yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orangtua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orangtua. Jika berada pada posisi itu, anak-anak tidak bisa melawan karena hanya seorang anak kecil. Maka, anak-anak pun akan berusaha terus menyakiti hari orangtuanya. Mereka akan senang apabila melihat sang orangtua jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin emosi orangtua, maka kian senang anak-anak.
  • Tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tetapi tidak juga memenuhi perintah
  • Tipe selalu terlambat di mana anak seperti ini baru mengejakan suatu perintah atau permintaan setelah terlebih dahulu melihat orangtuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak

5. Pemarah

Anak cenderung akan meniru sikap orangtuanya. Jadi, apabila orangtua sering membentak karena sebab-sebab yang sepele, anak-ana pun dapat berbuat hal serupa.

Parahnya, mereka akan berpikir, sah-sah saja apabila harus membentak teman maupun saudaranya karena orangtuanya pun berbuat hal yang sama.

Baca juga: 7 Cara Mengontrol Hipertensi, Selain dengan Obat

Orangtua harus berhati-hati

Dalam Buku Ajar Konsep Darar Keperawatan Anak (2004) bikinan Yupi Supartini, S.Kp, MSc, dijelaskan bahwa anak belajar dari orangtua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.

Dengan demikian, apabila orangtua memberi contoh perilaku emosional, seperti membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, dan memukul, anak-anak akhirnya belajar menirukan perilaku orangtua tersebut.

Anak-anak jelas belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orangtuanya.

Oleh karena itu, orangtua harus berhati-hati dalam bersikap karena apabila masih suka membentak, anak akan belajar untuk berbicara kasar pada orang lain.

Jika orangtua suka memukul saat marah dan jengkel, anak-anak pun akan belajar bersikap kasar pada orang lain.

Orangtua adalah model peran bagi anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau