KOMPAS.com - Penyebaran virus corona yang sedang menjadi pandemi saat ini membuat sebagian besar orang harus bekerja dari rumah.
Kita juga direkomendasikan untuk tidak berkumpul dan tetap tinggal di rumah demi memutus penyebaran Covid-19 ini.
Pandemi ini tentu telah mengubah banyak rutinitas kehidupan kita. Pola tidur kita pun juga turut mengalami perubahan.
Alhasil, banyak dari kita yang merasa tetap lelah dan mengalami tidur inersia atau sleep inertia.
Tidur inersia merupakan gangguan kognitif dan kinerja motorik yang membuat kita merasa belum sepenuhnya siap untuk terbangun dari tidur.
Baca juga: Mengenal OTG, Orang Tanpa Gejala yang Bisa Sebarkan Virus Corona
Akibatnya, kita merasa lelah, disorientasi, sulit berpikir jernih dan canggung untuk sementara waktu setelah bangun tidur.
Namun, beberapa orang bisa mengalami tidur inersia dalam waktu yang lama.
Melansir Independent, Matthew Walker, profesor ilmu saraf dan psikologi dari University of California, mengatakan bahwa ada banyak hal yang membuat seseorang mengalami tidur inersia. Penyebabnya antara lain sebagai berikut:
Selain itu, kurangnya paparan matahari juga bisa meningkatkan risiko tidur inersia.
Dengan adanya himbauan untuk tetap berada di rumah selama masa pandemi ini, banyak orang yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari.
Menurut pakar pengobatan tidur dari University of Oxford, Professor Colin Espie, kurangnya paparan sinar matahari akan membuat orang merasa lesu dan kurang waspada.
"Ketika mendekati periode tidur, hormon melatonon meningkat. Hormon ini akan berkurang saat waktu opagi hari dan akan menjai tidak aktif karena cahaya matahari," ucap Espie.
Itu sebabnya, banyak orang masih merasa lelah dan mengantuk meski telah tidur malam dengan cukup.
Menurut Espie, cahaya dalam ruangan saja tidak cukup untuk menonaktifkan hormon melatonin.
Selain itu, kecemasan juga bisa mempengaruhi kualitas tidur yang membuat seseorang berisiko mengalami tidur inersia.
Baca juga: 4 Cara Melawan Putus Asa Hadapi Pandemi Virus Corona