Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Cara Melawan Putus Asa Hadapi Pandemi Virus Corona

Kompas.com - 08/04/2020, 10:28 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang berdampak besar bagi kehidupan setiap orang rentan menimbulkan stres dan kecemasan berlebihan.

Beberapa di antaranya merasa tidak berdaya menghadapi wabah Covid-19.

Bahkan, ada orang yang sampai putus asa karena kesehatan mentalnya mulai goyah.

Baca juga: Ciri-ciri Stres Menghadapi Wabah Virus Corona

Melansir Psychology Today, Ahli Psikoterapi Bryan E. Robinson Ph.D. membagikan kiat untuk merawat kewarasan di tengah ketidakpastian pandemi virus corona:

1. Mengontrol perspektif

Senjata paling ampuh saat menghadapi ketidakpastian adalah perspektif atau sudut pandang.

Sudut pandang dalam melihat suatu persoalan bisa jadi sumber kekuatan. Sebaliknya, perspektif juga bisa jadi sesuatu yang melemahkan pertahanan diri.

Alih-alih cuma terpaku menakar situasi apa yang bisa dikendalikan dan yang tidak bisa dikontrol, keadaan bisa terasa lebih mudah saat Anda menerima situasi saat ini.

Setelah menerima, pikirkan kesempatan apa yang bisa dikerjakan dalam situasi sulit seperti ini.

Dengan mengontrol perspektif, seseorang tidak hanya menghabiskan energi untuk cemas, takut, stres, sampai mengalami tekanan darah tinggi menghadapi pandemi.

Energi yang tersisa di masa sulit tersebut dapat digunakan untuk fokus melindungi diri agar tidak tertular Covid-19.

Baca juga: Musik Bisa Hilangkan Stres, Bagaimana Caranya?

2. Membantu orang lain

Melakukan kebaikan kecil seperti memberikan perhatian pada diri sendiri dan orang sekitar dapat membantu menjaga kewarasan di masa krisis.

Anda bisa berkontribusi pada sekitar dengan berbagi, menolong orang sekitar, berdonasi, atau merawat hewan terlantar di jalan.

Dengan memberikan perhatian atau kebaikan, Anda bisa merasakan sensasi punya kontrol.

Sensasi tersebut sejenak dapat meminimalkan pikiran negatif atau kecemasan di tengah wabah virus corona.

Rasa bahagia saat bisa membantu orang lain itu berasal dari hormon dopamin dan endorfin yang dikeluarkan otak.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau