KOMPAS.com - Batuk terus-menerus tentu menganggu aktivitas harian kita, terutama ketika batuk yang kita alami bertahan hingga berminggu-minggu.
Selain itu, jenis batuk yang kita miliki juga seringkali menjadi tanda tentang masalah kesehatan yang sedang terjadi.
Ahli paru-paru Rachel Taliercio mengatakan, infeksi saluran pernapasan atas bisa menyebabkan batuk akut.
Untuk mengetahui secara spesifik masalah kesehatan apa yang sedang terjadi, kita harus memahami pola batuk yang kita alami.
Hal ini juga bisa membantu kita untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik, terutama saat batuk yang dialami tak kunjung sembuh.
Baca juga: Dampak Negatif Konsumsi Alkohol untuk Atasi Stres
Batuk akut biasanya muncul ketika kita sedang pilek, flu atau infeksi ringan. Jenis batuk ini biasanya berlangsung hingga delapan minggu dan bisa diatasi dengan obat-obatan.
Jika kita telah mengonsumsi obat dan batuk terjadi lebih dari dua minggu, maka kita harus berkonsultasi dengan dokter.
Taliercio juga berkata, batuk rejan dan pneumonia bisa menyebabkan batuk akut. Pada penderita batuk rejan, suara batuk yang dikelaurkan biasanya sangat kuat dan bisa menyebabkan penderitanya mengalami muntah.
Batuk semacam ini bisa kita atasi dengan mengonsumsi antibiotik. Sementara itu, pneumonia biasanya disebabkan karena paru-paru terisi penuh dengan cairan.
Batuk karena pneumonia biasanya disertau dnegan munculnya lendir dan juga bisa diatasi dengan antibiotik.
Batuk kronis merupakan jenis batuk yang terjadi lebih dari delapan minggu dan disebabkan oleh berbagai penyakit.
Pengobatan untuk batuk kronis disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya. Batuk semacam ini, bisa disebabkan oleh penyakit berikut:
Kondisi ini menyebabkan peradangan paru-paru yang menyempit saluran udara dan membuat kita sulit bernafas.
Biasanya, hal ini disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap pemicu iritasi paru-paru, seperti asap rokok.
Batuk kronis karena penyakit ini biasanya disertai dengan lendir, terutama di pagi hari.
Untuk mengatasinya, kita bisa menggunakan bronkodilator, steroid inhalasi, terapi oksigen, dan menjauhi gaya hidup merokok.
Baca juga: Pneumotoraks: Gejala dan Penyebab
GERD terjadi ketika asam lambung mengiritasi kerongkongan. Penyakit ini adalah penyebab paling umum kedua dari batuk kronis.
Batuk karena GERD biasanya tidak disertai dengan pengeluaran lendir atau batuk kering dan sering terjadi ketika kita berbaring.
Untuk mengatasinya, kita bisa mengonsumsi berbagai obat untuk mengurangi produksi asam.
Post nasal drip merupakan akumulasi lendir di bagian belakang tenggorokan sehingga menyebabkan batuk.
Kondisi ini biasanya terjadi karena alergi, pilek atau infeksi sinus. Batuk karena post nasal drip bisa berupa batuk kering atau basah, dan semakin memburuk di malam hari.
Untuk mengatasinya, kita bisa menggunakan antihistamin menggunakan uang air garam.
Jika batuk berlangsung lebih dari seminggu, kita harus berkonsultasi dengan dokter.
Asma menyebabkan peradangan saluran napas, pembengkakan dan peningkatan produksi lendir yang membuat pernapasan menjadi lebih sulit.
Batuk karena asma bisa berupa batuk kering atau berlendir, dan seringkali memburuk karena udara dingin atau saat berolahraga.
Untuk mengatasinya, kita bisa menggunakan bronkodilator inhalasi (seperti albuterol) atau kortikosteroid (seperti flutikason).
Batuk juga bisa terjadi karena efek obat-obatan tertentu. Batuk jenis ini biasanya terjadi ketika kita mengonsumsi obat baru.
Biasanya, batuk karena efek obat tidak mengeluarkan lendir. Untuk mengatasinya, konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan obat alternatif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.