Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buka Puasa dengan yang Manis Tak Boleh Sembarangan, Bagaimana Baiknya?

Kompas.com - 24/04/2020, 16:00 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Setelah berpuasa seharian, sajian bercita rasa segar dan manis merupakan salah satu suguhan yang diidam-idamkan.

Hidangan takjil seperti es buah, es campur, es kelapa muda, kolak, sampai aneka kue jamak disajikan di meja makan untuk membatalkan puasa.

Kendati menggoda selera, mengonsumsi hidangan manis untuk berbuka puasa tak boleh sembarangan.

Baca juga: 7 Manfaat Puasa bagi Kesehatan

Salah kaprah berbuka dengan yang manis

Melansir buku Yummy & Healthy Low Sugar Food Tajil Sehat Rendah Gula (2009) oleh Hindah Muaris, berbuka dengan yang manis sebenarnya teladan Rasulullah.

Teladan mengajarkan agar Anda membatalkan puasa dengan kurma atau air putih. Tapi, dalam praktiknya, banyak orang salah kaprah mencontoh anjuran tersebut.

Orang jamak menyuguhkan hidangan takjil sarat gula, masih ditambah minuman manis untuk membatalkan puasa.

Kurma segar atau murni yang belum diproses memang manis. Akan tetapi, kandungan gulanya berbeda dari hidangan takjil seperti kolak, es buah, dan sejenisnya.

Kurma segar atau murni mengandung karbohidrat kompleks. Sedangkan asupan manis umumnya mengandung karbohidrat sederhana atau gula murni.

Karbohidrat kompleks proses metabolismenya lebih lama. Sedangkan makanan atau minuman manis dari karbohidrat sederhana justru kebalikannya.

Baca juga: Riset Buktikan Puasa Dapat Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Kenapa buka puasa dengan yang manis tak baik?

Melansir buku Health Secret Of Dates (2013) oleh Pangkalan Ide, terdapat alasan kesehatan di balik anjuran mengapa buka puasa harus dengan yang manis seperti kurma murni dan air putih.

Konsumsi hidangan kurma murni atau air putih seketika dapat mengembalikan rasa lapar dan mengembalikan kesegaran tubuh.

Pasalnya, kadar gula darah dalam tubuh seseorang cenderung menurun selama berpuasa.

Jika Anda langsung mengonsumsi asupan manis yang berlimpah gula, kadar gula seketika bisa melonjak.

Lonjakan gula darah secara tiba-tiba ini tidak sehat. Berbeda halnya jika Anda mengonsumsi asupan dengan karbohidrat kompleks seperti kurma murni.

Karbohidrat kompleks saat dikonsumsi tubuh, laju kenaikan gula darahnya perlahan-lahan.

Sebaiknya, Anda menghindari asupan makanan dan minuman yang dapat membuat gula darah gampang melonjak (indeks glikemik tinggi).

Apabila kita mengonsumsi terlalu banyak asupan yang manis-manis, gula darah bisa menumpuk menjadi lemak di tubuh. Akibatnya, kesehatan bisa terganggu.

Baca juga: Konsumsi 5 Buah Berikut sebagai Cara Mengatasi Sembelit

Bagaimana baiknya berbuka puasa?

Ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.hum., menyampaikan teladan berbuka dengan air putih dan kurma murni sudah tepat untuk berbuka puasa.

"Membatalkan puasa dengan air dan kurma murni yang tidak dalam bentuk manisan itu baik. Kurma mengandung serat, mineral, dan antikosidan. Seratnya bisa menahan lonjakan gula tiba-tiba," jelas Tan, saat dihubungi Kompas.com (24/4/2020).

Jika tidak tersedia kurma murni, Tan menyarankan agar Anda berbuka dengan kelapa muda, buah lontar, atau kolang-kaling.

Namun, ia mewanti-wanti agar kelapa muda, buah lontar, atau kolang-kaling tersebut tidak ditambahi sirup atau pemanis.

Alternatif lainnya untuk hidangan takjil sehat agar kestabilan gula darah dan antioksidan terjaga adalah sayur dan buah. 

"Selama puasa sebaiknya asupan sayur dan buah bisa dipenuhi lima porsi per hari. Sesuai anjuran WHO dan FAO. Ini penting untuk daya tahan tubuh. Ketimbang menjejali perut dengan karbohidrat padahal tubuh tidak sedang kerja keras," jelas Tan. 

Baca juga: Waspada, Diam-diam Ada Bahaya Kesehatan di Balik Kriuk-nya Kerupuk

Menurut Tan, hal tak kalah penting terkait prinsip membatalkan puasa adalah rehidrasi atau mengembalikan cairan dalam tubuh.

Minuman terbaik yang bisa diserap sempurna oleh sel tubuh adalah air putih. Tan tidak merekomendasikan untuk minum manis dan bersifat diuretik seperti teh dan kopi saat berbuka puasa. 

Setelah mengonsumsi hidangan takjil, Tan menyarankan agar makanan berat bergizi lengkap dan seimbang baru dikonsumsi setelah shalat maghrib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau