KOMPAS.com - Penyebaran utama virus corona jenis baru terjadi lewat droplet atau tetesan air liur saat batuk, bersin, atau berbicara dari orang yang terinfeksi.
Droplet tersebut juga bisa jatuh ke permukaan benda dan menyebabkan kontaminasi silang ketika kita menyentuhnya.
Itu sebabnya, petugas kesehatan menghimbau kita agar tidak menyentuh area wajah karena virus bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mata.
Selain itu, partikel virus juga terus bergerak dan mengontaminasi berbagai permukaan benda di sekitar kita. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita harus rutin mencuci tangan dan meminimalisir menyentuh benda yang terdapat di area umum.
Baca juga: Di Rumah Aja Bikin Kita Rentan Alami Cabin Fever, Begini Baiknya...
Sebenarnya, berapa lama virus corona bisa bertahan di permukaan benda?
Menurut ahli penyakit menular, Frank Esper, virus corona tidak bisa berkembang dengan baik di permukaan benda yang memiliki banyak pori-pori, sudut, atau celah.
"Virus corona biasanya berkembang dengan baik di permukaan benda yang sangat halus, seperti gagang pintu," ucap Esper.
Melansir Cleveland, riset membuktikan virus corona bisa bertahan selama tiga jam hingga tujuh hari, tergantung pada jenis permukaan benda tersebut.
Berikut daya tahan virus corona berdasarkan jenis benda:
Namun, jumlah virus yang bisa bertahan di permukaan benda berkurang dari waktu ke waktu.
Jadi, risiko infeksi karena menyentuh benda yang terkontaminasi sangat kecil.
"Kertas karton memiliki sedikit pori-pori atau lubang mikroskopis di dalamnya sehingga virus tidak bisa bertahan hidup lama," ucap Esper.
Karena kain juga memiliki pori-pori, virus corona juga tidak bisa bertahan lama pada pakaian.
Virus tidak bisa bertahan hidup secara mandiri. Virus mempertahankan hidupnya dengan menyerang inang yang hidup untuk mereplikasi dirinya.
Jadi, ketika tetesan air liur orang yang terinfeksi mendarat di permukaan benda, virus tidak bisa langsung aktif.