KOMPAS.com - Hydroxychloroquine diklaim oleh beberapa pihak dapat menyembuhkan Covid-19.
Presiden AS Donald Trump pun mengaku mengonsumsi obat tersebut sebagai langkah untuk mencegah infeksi virus corona.
Penggunaan hiydroxychloroquine untuk mencegah atau mengatasi Covid-19 masih memerlukan uji klinis.
Bahkan, sebagian besar ahli kesehatan pun melarang penggunaan obat tersebut.
Ahli jantung dari Cleveland Clinic, Steven Nissen, dan spesialis perawatan darurat Abhijit Duggal memamaprkan penggunaan hiydroxychloroquine bisa menimbulkan efek samping serius.
Itu sebabnya, obat tersebut tidak boleh dikonsumsi sembarangan.
Baca juga: Cegah Covid-19, Begini Cara Tepat Mencuci Masker Kain
Hiydroxychloroquin adalah obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis dan lupus. Rheumatoid arthritis dan lupus merupakan penyakit autoimun.
Penyakit tersebut terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif sehingga menyerang persendiannya.
Akibatnya, pasien mengalami pembengkakan dan rasa sakit di persendian. Penggunaan hydroxychloroquine pada pasien autoimun tersebut dapat membantu mengatur sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, hydroxychloroquine juga pernah digunakan untuk mengatasi maaria. Namun, Nissen mengatakan obat tersebut tak lagi digunakan karena sudah ada obat yang memberi manfaat kebih baik dengan efek samping yang lebih ringan.
Menurut Duggal, penggunaan hydroxychloroquine bisa menimbulkan berbagai efek samping, seperti gejala gastrointestinal dan risiko interaksi negatif dengan resep lain yang mungkin digunakan oleh pasien.
"Efek samping yang paling ditakuti adalah gangguan irama jantung yang disebut takikardia ventrikel," ucap Duggal.
Takikardia ventrikel bisa membuat jantung pasien berdetak sangat cepat sehingga tekanan darah turun.
Akibatnya, jantung tidak dapat memompa oksigen yang cukup ke setiap bagian tubuh.
"Kondisi tersebut membuat ritme jantung kacau dan sangat sulit diobati," tambah Duggal.