Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2020, 12:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Penggunaan cotton bud untuk membersihkan kotoran telinga atau serumen tidak direkomendasikan oleh ahli karena malah bisa membahayakan organ pendengaran tersebut.

Dokter spesialis kesehatan telinga, hidung, dan tenggorok RS Indriati Solo Baru, dr. Hutami Laksmi Dewi, Sp.THT-KL, M.Kes, menjelaskan pemakaian cotton bud berisiko membuat serumen malah makin masuk ke dalam saluran telinga.

Tak ayal, kotoran itu pun malah bisa menutup telinga sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pendengaran.

Baca juga: Seberapa Besar Bahaya Membersihkan Telinga dengan Cotton Bud?

“Kalau kotorannya kering, justru bisa tambah masuk ke dalam karena penggunaan cotton bud,” kata dr. Hutami saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (30/5/2020).

Tak hanya itu, penggunaan cotton bud yang salah bahkan bisa menyebabkan perlukaan pada bagian dalam telinga hingga merusak fungsi pendengaran.

“Banyak pasien datang ternyata gendang telinganya bolong karena tertusuk cotton bud. Ada juga yang berdarah. Maka dari itu, kami tidak menyarankan penggunaan alat itu untuk membersihkan kotoran telinga,” jelas dia.

dr. Hutami menerangan serumen sebenarnya tidak akan menyebabkan gangguan telinga apabila jumlahnya tidak berlebihan.

Kotoran hasil produksi alami dari kelenjar minyak di liang telinga ini malah berfungsi untuk melindungi telinga, seperti berperan memerangkap debu, menghambat pertumbuhan kuman, termasuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam telinga.

Namun, jika sudah berlebihan atau menumpuk, serumen memang perlu dibersihkan karena bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu pendengaran.

“Namanya telinga tertutup kan tidak ada udara yang masuk. Pasien biasanya mengaluh tidak nyaman hingga pusing,” jelas dr. Hutami.

Baca juga: Waspadai Efek Buruk Makan Mi Instan Saat Buka Puasa dan Sahur

Cara dokter THT membersihkan telinga

dr. Hutami menerangan secara anatomis, serumen sebenarnya bisa keluar sendiri bersama debu berkat dorongan mekanisme otot pipi saat seseorang mengunyah makanan.

Tapi memang tidak semua jenis serumen bisa demikian. Kotoran telinga yang bersifat padat biasanya perlu bantuan untuk dapat dikeluarkan.

Maka dari itu, dia pun menganjurkan masyarakat untuk bisa melakukan perawatan telinga secara rutin ke dokter maksimal 6 bulan sekali.

Dalam perawatan tersebut, dokter biasanya akan memeriksa kondisi serumen di dalam telinga. Jika sudah menumpuk dan mengganggu kenyamanan, kotoran telinga itu bisa dikeluarkan.

Baca juga: Lakukan 6 Kebiasaan Ini jika Ingin Pandemi Covid-19 Cepat Selesai

dr. Hutami, menyampaikan dokter THT sedikitnya memiliki 3 teknik dalam membersihkan telinga. Teknik tersebut akan dilakukan sesuai kebutuhan atau kondisi pasien.

Berikut yang bisa dilakukan dokter THT:

  1. Serumen diambil dengan alat kalau wujudnya kering
  2. Irigasi atau memasukan cairan NACL steril ke dalam telinga dengan harapan kotoran bisa keluar
  3. Microsuction, di mana dokter akan memanfaatkan alat khusus yang dapat menyedot kotoran telinga

“Pemeriksaan telinga baik dilakukan untuk anak-anak maupun orang dewasa paling tidak maksimal enam bulan sekali,” terang dia.

Cara membersihkan telinga secara mandiri

dr. Hutami tak menampik, masyarakat awam sebenarnya boleh-boleh saja membersihkan kororan telinga secara mandiri.

Selain tak menggunakan cotton bud, dia tak menganjurkan masyarakat untuk melakukan irigasi telinga secara mandiri karena bisa merangsang terjadinya pusing berputar.

“Misalnya kita melakukan irigasi, memasukan air ke telinga, ada saraf yang mungkin terangsang. Jadilah pusing berputar. Selain itu, telinga juga dialiri saraf vagus. Kalau saraf ini sampai terangsang, bisa menyebabkan pingsan,” terang dr. Hutami.

Baca juga: Bagaimana Minyak Jelantah Bisa Sebabkan Kanker dan Penyakit Jantung?

Bagi masyarakat awam, menurut dr. Hutami, cara membersihkan telinga yang paling aman yakni dengan memanfaatkan kapas.

Caranya demikian:

  1. Kapas dicelupkan terlebih dahulu ke air hangat, kemudian dilinting
  2. Setelah itu, kapas yang sudah basah dimasukkan ke telinga secara perlahan
  3. Gerakanya dari dalam ke luar searah dengan jarum jam

“Jika cara ini tidak berhasil, di mana pasien masih mengeluh merasa tidak nyaman pada telinga, bisa jadi serumennya padat atau ada masalah lain yang mendasari,” jelas dr. Hutami.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com