Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Konsumsi Gula Bisa Sebabkan Kecanduan, Kok Bisa?

Kompas.com - 13/06/2020, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Makanan mengandung gula memabg terasa nikmat di lidah dan kerap membuat kita selalu ingin mencicipinya.

Namun, tahukan Anda bahwa gula yang biasa kita konsumsi ternyata bisa mengakibatkan efek kecanduan?

Menurut Alan Greene, pakar kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, efek kecanduan gula serupa dengan efek kecanduan obat-obatan.

"Kondisi kecanduan ini mempengaruhi struktur kinia otak yang memaksa kita untuk mendapatkan asupan zat atau terus-menerus melakukan aktivitas meski ada konsekuensi yang berbahaya," ucapnya.

Baca juga: Tak Hanya Usir Bosan, Ini 5 Manfaat Berkebun untuk Kesehatan

Efek kecanduan

Konsumsi gula bisa melepaskan opioid dan dopamin dalam tubuh kita yang bisa memicu perilaku adiktif.

Dopamin adalah neurotransmitter yang merupakan bagian penting dari sensasi penghargaan - seperti saat sedang menerima hadiah - yang terkait dengan perilaku adiktif.

Ketika perilaku tertentu menyebabkan pelepasan dopamin yang berlebihan, kita akan merasa sangat berbahagia dan selalu ingin merasakan sensasi tersebut.

Namun, otak akan menyesuaikan diri untuk melepaskan lebih sedikit dopamin saat kita mengulangi perilaku yang menimbulkan sensasi tersebut.

Pakar diet Cassie Bjork juga berkata sensasi adiktif yang dihasilkan gula lebih tingi daripada kokain.

"Gula mengaktifkan reseptor opiat di otak kita dan memengaruhi pusat penghargaan, yang mengarah pada perilaku kompulsif meskipun ada konsekuensi negatif," ucap Bjork.

Konsekuensi negati dari perilaku kompulsif bisa berupa kenaikan berat badan, sakit kepala, ketidakseimbangan hormon, dan banyak hal.

"Setiap kali kita makan permen, kita memperkuat jalur neuropat itu dan menyebabkan otak semakin terprogram untuk mendambakan gula," tambah Bjork.

Kondisi tersebut bisa membangun toleransi seperti obat lainnya. Riset yang dilakukan ilmuwan Connecticut College telah menunjukan mkanan manus bisa mengaktifkan neuron di pusat kesenangan daripada kokain.

Gula mudah kita temui diberbagai toko. Itu sebabnya, sangat sulit menghindari konsumsi gula.

"Gula dapat merangsat pusat yang memproses perasaan bahagia di otak dengan carayang sama seperti psikotropika atau narkoba," ucap pakar diet Andy Bellatti.

Pada individu dengan kecenderungan tertentu, hal ini bisa bermanifestasi sebagai kecanduan makanan manis.

Baca juga: Tak Hanya Usir Bosan, Ini 5 Manfaat Berkebun untuk Kesehatan

Batas aman konsumsi gula

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO menyarankan agar kita mengurangi konsumsi gula kurang dari lima persen kalori harian atau sekitar enam sendok teh.

Menurut data WHO, mengurangi konsumsi gula bisa menurunkan risiko oebsitas dan kerusakan gigi.

Demi menghindari efek negatif gula, kita juga bisa menggantinya dengan pemanis alami seperti buah dan madu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau