Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Sebabkan Keracunan Merkuri, Begini Cara Aman Konsumsi Ikan

Kompas.com - 05/07/2020, 19:31 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Ikan merupakan sumber protein, mikronutrien dan sumber lemak sehat.

Sayangnya, makanan bergizi ini mengandung kadar merkuri tinggi. Padahal, paparan merkuri yang tinggi bisa meningkatkan masalah kesehatan yang serius.

Merkuri merupakan logam berat yang bisa kita temukan di udara, air, dan tanah.

Kita bisa mengalami keracunan merkuri dengan berbagai cara, salah satunya mengonsumsi makanan yang terpapar logam beracun ini.

Beberapa jenis ikan mengandung merkuri tinggi sehingga kita tidak boleh mengonsumsinya terlalu banyak.

Baca juga: 3 Makanan Penyebab Alergi dan Cara Mengatasinya

Secara keseluruhan, ikan yang berukuran lebih besar mengandung merkuri lebih tinggi, seperti hiu, ikan pedang, tuna dan marlin.

Ikan yang berukuran lebih besar biasanya memakan ikan berukuran kecil yang mengandung merkuri lebih sedikit.

Karena tak bisa dikeluarkan dari tubuh ikan-ikan tersebut, seiring waktu tingkat merkuri tersebut semakin menumpuk. Proses ini dikenal dengan istilah bioakumulasi.

Ikan dan kerang merupakan sumber utama paparan merkuri pada manusia dan hewan.

Paparan dalam jumlah kecil pun bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Uniknya, air laut hanya mengandung sedikit merkuri karena tanaman laut, seperti ganggang, menyerap zat beracun tersebut.

Sayangnya, tanaman laut yang menyerap merkuri dikonsumsi oleh ikan berukuran kecil.

Ikan predator berukuran lebih besar mengonsumsi ikan-ikan berukuran kecil sehingga kandungan merkuri di dalam tubuh ikan tersebut semakin menumpuk.

Riset yang dilakukan di AS pernah membuktikan asupan ikan yang lebih tinggi dikaitkan dengan kadar merkuri yang lebih tinggi.

Banyak riset juga menemukan orang yang sering makan ikan dalam ukuran besar memiliki kandungan merkuri yang tinggi dalam tubuh mereka.

Efek negatif paparan merkuri

Paparan merkuri dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Kadar merkuri yang tinggi bisa menyebabkan gangguan pada otak, baik pada manusia atau hewan.

Riset yang meneliti 129 orang dewasa di Brasil menemukan kadar merkuri yang tinggi pada rambut meningkatkan risiko penurunan keterampilan motorik halus, ketangkasan, daya ingat, dan fokus pikiran.

Riset juga membuktikan paparan logam berat - seperti merkuri - dengan kondisi seperti Alzheimer, Parkinson, autisme, depresi, dan kecemasan.

Tingginya paparan merkuri juga bisa memicu darah tinggi, peningkatan risiko serangan jantung, dan tingkat kolesterol jahat.

Baca juga: 7 Penyebab Sakit Pinggang Saat Bangun Tidur dan Cara Mengobatinya

Melihat efek merkuri yang sangat berbahaya, apakah kita harus menghindari konsumsi ikan?

Tips aman mengonsumsi ikan

Kabar baiknya, kita tidak harus menghindari konsumsi ikan karena manfaatnya yang tinggi untuk kesehatan.

Agar terhindar dari efek negatif merkuri, Badan Pengawas Makanan dan Obat AS merekomendasikan kita untuk melakukan hal berikut:

  • batasi konsumsi ikan hanya dua hingga tiga porsi setiap minggu.
  • pilih ikan dengan kandungan merkuri rendah seperti salmon, udang, ikan kod, udang dan sarden.
  • ketika memilih ikan segar, carilah ikan yang berasal dari sungai atau danau tertentu.

Selain itu, ada beberapa kelompok usia yang rentan mengalami keracunan merkuri.

Kelompok yang rentan mengalami keracunan merkuri adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak kecil.

Oleh karena itu, mereka yang berada dalam kelompok tersebut sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih asupan makanan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Health
Waspadai Tuli Akibat Headset, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan
Waspadai Tuli Akibat Headset, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau