KOMPAS.com - Sistem reproduksi wanita mengatur menstruasi, kesuburan, kehamilan, sampai menopause.
Sistem reproduksi wanita memiliki beragam fungsi yang saling berkaitan satu sama lain.
Apabila salah satu organ penyusun sistem reproduksi wanita terganggu, dampaknya bisa mengganggu kinerja bagian lain.
Baca juga: 5 Penyakit Tidak Menular yang Jadi Momok Bagi Para Wanita
Melansir Cleveland Clinic, bagian organ reproduksi wanita ovarium berguna untuk menghasilkan sel telur.
Sel telur tersebut lalu diangkut ke tuba falopi, tempat di mana sel telur bisa dibuahi sperma.
Sel telur yang sudah buahi lalu masuk ke rahim. Begitu berada di rahim, sel telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi janin.
Apabila tidak terjadi pembuahan, lapisan rahim akan meluruh sebagai menstruasi atau haid.
Selain itu, sistem reproduksi wanita secara juga berfungsi mengatur hormon seks dan menjaga siklus reproduksi.
Menjelang menopause atau mati haid, sistem reproduksi wanita secara bertahap mengurangi produksi hormon kewanitaan.
Proses ini diikuti perubahan siklus haid dari tidak teratur sampai berhenti total. Setelah satu tahun tidak haid, wanita disebut mengalami menopause.
Ada beberapa penyakit pada sistem reproduksi manusia yang bisa mengganggu kinerja organ-organnya.
Baca juga: 10 Gejala Awal Sakit Ginjal, Lebih Kerap Serang Wanita
Melansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, berikut sejumlah penyakit pada sistem reproduksi wanita:
Endometriosis adalah masalah kesehatan saat jaringan yang biasanya melapisi rahim tumbuh di tempat lain seperti indung telur, belakang rahim, usus, atau kandung kemih.
Penyakit ini bisa memengaruhi fungsi dan kinerja rahim. Pertumbuhan jaringan tidak normal ini juga dapat menyebabkan nyeri, masalah kesuburan, dan haid yang sangat sakit.
Rasa nyeri karena endometriosis bisa dirasakan penderita di perut, punggung bawah, atau daerah panggul.