Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2020, 19:32 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Ketika zat kimia di otak tersebut bekerja secara normal, hormon mengatur proses biologis seperti tidur, nafsu makan, energi, dan dorongan seks, dan mengekspresikan suasana hati.

Namun, ada kalanya respons stres gagal dimatikan dan direset setelah situasi sulit berlalu. Kondisi ini dapat memicu depresi pada kelompok rentan.

Beragam kehilangan seperti kepergian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, bencana alam, peristiwa traumatis, penyakit kronis adalah faktor risiko utama penyebab depresi.

Bersedih merupakan respons normal dan sehat menghadapi kehilangan. Tapi, jika berlangsung terlalu lama dapat memicu depresi.

Baca juga: 4 Cara Mengatasi Depresi secara Alami dengan Olahraga

Hubungan erat antara stres dan depresi

Hubungan antara stres dan depresi kompleks dan saling berkaitan. Orang yang stres sering mengabaikan praktik gaya hidup sehat.

Mereka umumnya mencari pelarian dengan merokok, minum alkohol, sampai mengabaikan olahraga teratur.

Begitu kehilangan seuatu yang berharga, seseorang cenderung stres dan terpukul.

Tak jarang mereka juga menarik diri dari lingkar sosial. Seperti diketahui, lingkar sosial adalah jaring pengaman dari depresi.

Apabila Anda saat ini sedang bergelut dengan stres yang intens, baiknya segera mencari solusi agar tidak berkembang menjadi depresi.

Jika kondisinya sudah mengarah kepada depresi, segera minta bantuan tenaga kesehatan mental.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau