KOMPAS.com - Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan siklus tubuh atau ritme sirkadian, tubuh membutuhkan waktu untuk beristirahat dengan cara tidur.
Meski menjadi kebutuhan, banyak orang menyepelekan tidur. Tidur sering kali dianggap sebagai hal yang mudah dilakukan.
Padahal, pada kenyataannya, masalah tidur kini menyerang banyak orang di dunia. Ya, banyak orang yang kesulitan untuk tidur nyenyak dalam waktu yang cukup.
Baca juga: Stres Kerja dan Gangguan Tidur Tingkatkan Risiko Kematian
Gangguan tidur yang terjadi terus menerus atau kronis dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih berbahaya. Fungsi tubuh dapat menurun atau dapat memicu penyakit lainnya.
Selain mencegah berbagai penyakit, tidur cukup juga memberi banyak manfaat untuk tubuh.
Setidaknya ada 4 manfaat besar yang bisa kita dapatkan dari tidur berkualitas. Apa saja?
Bila dibandingkan, orang yang tidurnya kurang berkualitas di malam hari cenderung lebih pelupa dibandingkan dengan orang yang tidur nyenyak.
Tidur yang berkualitas saat malam hari sangat baik untuk memperkuat ingatan.
Dalam sebuah penelitian di Singapura, siswa yang tidur siang memiliki kemampuan memori yang lebih baik.
Bukan rahasia lagi mendapatkan tidur cukup membuat kita bangun dengan semangat. Suasana hati kita pun cenderung lebih baik.
Hal ini juga dibuktikan pada penelitian siswa di Singapura yang sama.
"Menariknya, siswa yang tidur pada siang dan malam hari lebih waspada, daya ingat lebih baik dan memiliki suasa hati yang lebih baik dibanding mereka yang tidur selama 6,5 jam terus menerus," kata seorang peneliti dan ahli saraf Michael Chee, dilansir Science Alert, Jumat (1/2/2019).
Baca juga: Kenapa Kita Mudah Mengantuk dan Banyak Tidur saat Sakit?
Laporan yang dimuat dalam jurnal Sleep edisi 12 Februari 2019 mengingatkan, tidur bergantian - siang dan malam - memang memberi banyak efek positif.
Pernahkah Anda bertanya mengapa obat yang diberikan dokter saat Anda sakit menyebabkan kantuk? Atau mengapa ketika sakit kita terasa lemas dan terus menerus mengantuk?
Para ilmuwan dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania berhasil menyingkap rahasia tersebut.