Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mikropenis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Kompas.com - 21/09/2020, 21:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Mikropenis adalah istilah medis untuk suatu kondisi yang biasanya ditemukan pada bayi melalui pemeriksaan bayi baru lahir.

Seperti istilahnya, mikropenis mengacu pada penis yang sangat kecil tetapi biasanya terstruktur (tidak ada kelainan lain).

Kondisi tersebut disebabkan oleh kelainan hormonal atau genetik.

Baca juga: Penis Jarang Ereksi Saat Bangun Tidur pada Pagi Hari, Normalkah?

Beberapa pria mungkin percaya atau merasa bahwa mereka memiliki mikropenis, tetapi sepertinya yang terjadi sebenarnya bukan itu.

Melansir Cleveland Clinic, kasus mikropenis terbilang jarang terjadi.

Perkiraan angka kejadiannya bervariasi, tetapi sebuah penelitian pernah menunjukkan 0,6 persen pria di seluruh dunia memiliki kondisi tersebut.

Pada tahun 1997-2000, 0,015 persen (1,5 dari 10.000 kelahiran) anak laki-laki di Amerika Serikat (AS) dilahirkan dengan mikropenis.

Gejala mikropenis

Gejala utama mikropenis adalah penis yang panjangnya kurang dari 1,9 cm saat bayi.

Padahal, panjang penis rata-rata untuk bayi baru lahir adalah 2,5 cm.

Mikropenis didiagnosis jika panjangnya kurang dari 2,5 standar deviasi (SD) di bawah rata-rata.

Sementara, pada pria dewasa, mikropenis didefinisikan sebagai penis berukuran 9,2 cm atau kurang.

Baca juga: Penyebab Penis Ereksi Saat Bangun Tidur pada Pagi Hari

Mikropenis dapat menyertai masalah kesehatan lain karena gangguan hormonal atau kondisi bawaan (muncul saat lahir), yang bisa menyebabkan berbagai gejala.

Gejala mikropenis ini akan tergantung pada penyebabnya.

Penyebab mikropenis

Mikropenis biasanya disebabkan oleh defisiensi testosteron janin yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, di mana yang paling umum adalah hipogonadisme hipogonadotropik.

Hipogonadisme hipogonadotropik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika hipotalamus (bagian otak yang mengontrol sistem saraf otonom dan hipofisis) tidak mengeluarkan hormon yang merangsang testis untuk memproduksi hormon (testosteron) yang diperlukan untuk pematangan normal dan fungsi reproduksi.

Mikropenis juga dapat ditemukan dengan sindrom genetik yang dapat menyebabkan malformasi lainnya atau kondisinya mungkin idiopatik (memiliki penyebab yang tidak diketahui).

Pada masa bayi atau masa kanak-kanak, mikropenis biasanya didiagnosis melalui pengukuran panjang penis.

Baca juga: Apakah Sperma Sering Tumpah Bisa Jadi Penyebab Sulit Hamil?

Cara mengobati mikropenis

Seperti kondisi medis lainnya, mikropenis juga bisa menimbulkan komplikasi.

Secara umum, komplikasi mikropenis dapat dibagi menjadi dua, yakni komplikasi medis dan
psikologis.

Komplikasi medis bisa berupa masalah hormon, tergantung dari penyebab kelainan endokrinnya atau dari efek pengobatan hormon yang berlebihan (apabila diobati oleh yang tidak kompeten).

Sedangkan komplikasi psikologis bervariasi, dari yang paling ringan, yaitu gangguan male sexual role, sampai berlanjut ke dewasa seperti penolakan untuk hubungan seksual oleh pasangan.

Oleh sebab itu, mikropenis perlu diobati.

Melansir Healht Line, peluang keberhasilan untuk pengobatan mikropenis lebih besar jika didiagnosis pada masa bayi.

Mengobati mikropenis ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri di kemudian hari dan meningkatkan peluang aktivitas seksual yang memuaskan.

Baca juga: Untuk Pria, Kenali 5 Penyebab Ejakulasi Dini dan Cara Mengatasinya

Berikut beberapa cara mengobati mikropenis yang tersedia:

1. Terapi hormon

Terapi hormon seringkali dapat dilakukan mulai dari usia dini.

Ini dapat membantu merangsang pertumbuhan penis.

Terapi penis dimulai dengan perawatan testosteron singkat untuk melihat bagaimana penis merespons.

Hormon tersebut dapat dikeluarkan melalui suntikan atau melalui gel atau salep yang dioleskan langsung ke penis.

Terapi testosteron dapat membantu menstimulasi pertumbuhan penis pada masa bayi, meski hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa terapi ini efektif pada masa pubertas dan dewasa.

Jenis pengobatan hormon lain dapat dicoba jika testosteron tidak efektif.

Baca juga: 3 Teknik Menunda Ejakulasi untuk Cegah Ejakulasi Dini

2. Phalloplasty

Phalloplasty adalah prosedur pembedahan untuk memperbaiki mikropenis.

Phalloplasty lebih sering dilakukan pada remaja dan orang dewasa daripada pada bayi dan anak kecil.

Biasanya tindakan ini dilakukan jika perawatan hormon tidak efektif.

Sama seperti jenis operasi lainnya, phalloplasty punya sejumlah risiko kesehatan.

Komplikasi yang memengaruhi saluran kemih, fungsi ereksi, dan fungsi lainnya dapat terjadi, dan mungkin memerlukan prosedur selanjutnya.

Beberapa juga berpendapat bahwa perubahan ukuran atau panjang yang dihasilkan tidak cukup signifikan untuk mengimbangi risiko.

Namun, kemajuan dalam operasi plastik memungkinkan penis dapat "dimodifikasi" dengan pembedahan tanpa memengaruhi fungsi saluran kemih dan seksual yang sehat.

Penting untuk bekerja sama dengan ahli bedah berpengalaman dan memahami semua potensi risiko dan manfaat operasi.

Baca juga: Benarkah Ejakulasi Dini Bikin Pasangan Sulit Hamil?

3. Menerima tubuh

Banyak orang menganggap ukuran penis merupakan tanda kejantanan.

Oleh sebab itu, dalam hubungan intim, memiliki mikropenis bisa menimbulkan masalah tersendiri, sehingga butuh penyesuaian dan sikap sehat dari pengidap maupun sang pasangan.

Memberikan beberapa konseling sejak usia dini dapat membantu seorang anak laki-laki menghadapi berbagai tekanan atau masalah yang menyangkut dengan mikropenisnya.

Terapis bersama dengan dokter medis tersedia untuk diajak bicara mengenai pemecahan masalah ini.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com