KOMPAS.com - Sensasi pening di kepala seringkali terasa lebih menyiksa daripada sakit kepala biasa.
Tak hanya sensasi senat-senut di kepala, kita juga bisa merasa lingkungan sekitar seolah berputar-putar hingga menganggu keseimbangan tubuh.
Biasanya, sensasi pening ini datang karena kita berdiri atau duduk terlalu cepat, melakukan olahraga intensitas tinggi, atau berputar-putar dengan cepat.
Baca juga:Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Migrain dan Sakit Kepala
Namun, kepala pening juga bisa terjadi karena kondisi medis seperti berikut:
Gerakan yang berulang-ulang saat berada di dalam kendaraan, seperti mobil, pesawat, atau perahu, dapat mengganggu struktur telinga bagian dalam.
Kondisi ini bisa menyebabkan pusing, mual, dan muntah. Selain itu, hamil atau mengonsumsi obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan sensitivitas seseorang terhadap gerakan dan meningkatkan risiko mabuk perjalanan.
Gejala mabuk perjalanan biasanya mereda begitu orang tersebut menginjakkan kaki di tanah yang kokoh.
Migrain adalah jenis sakit kepala berulang yang dapat menyebabkan nyeridi satu atau kedua sisi kepala.
American Migraine Foundation memperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen orang akan mengalami pening selama episode migrain.
Terkadang, orang mengalami pening sebelum dimulainya episode migrain.
Penurunan tekanan darah yang tajam dapat menyebabkan sensasi pening. Perubahan tekanan darah bisa terjadi setelah duduk atau berdiri terlalu cepat.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan perubahan tekanan darah meliputi:
Mengonsumsi obat tertentu, seperti diuretik, beta-blocker, atau antidepresan, juga dapat menyebabkan perubahan tekanan darah.
Kondisi yang memengaruhi sistem kardiovaskular, seperti penumpukan plak di arteri dan gagal jantung kongestif, dapat menyebabkan sensai pening di kepala.
Seseorang juga bisa merasakan sensai pening sebelum atau sesudah serangan jantung dan stroke.
Jika seseorang mengidap penyakit kardiovaskular, kemungkinan besar ia akan mengalami tanda dan gejala lain seperti berikut:
Baca juga:Kecemasan Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Begini Cara Mengatasinya
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Kondisi ini membuat tubuh tidak memiliki cukup darah yang kaya oksigen sehingga menimbulkan berbagai gejala berikut:
Untuk mengatasinya, kita bisa mengonsumsi makanan kaya zat besi. Namun, orang yang mengalami kekurangan zat besi parah mungkin memerlukan transfusi darah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.