KOMPAS.com - Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan sosial, komunikasi, dan perilaku.
Melansir Mayo Clinic, gejala autisme bisa muncul ketika bayi usianya kurang dari satu tahun.
Ada juga penyandang autisme atau autis yang tampak normal saat bayi, lalu mulai menunjukkan gejala autisme di usia 18 sampai 24 bulan.
Autisme tidak bisa diobati. Namun, dukungan dan perawatan intensif bisa membantu menyiapkan kehidupan serta kemandirian anak autis kelak.
Berikut penjelasan lebih lanjut penyebab autisme dan faktor risikonya.
Baca juga: Kenali Gejala Autisme Pada Anak
Penyebab pasti autisme belum diketahui. Autis diperkirakan tidak memiliki penyebab tunggal lantaran kompleksitas gangguan ini.
Selain itu, dugaan penyebab autisme tak hanya dari satu faktor juga semakin menguat mengingat gejala dan ciri-ciri anak autis sangat bervariasi.
Para ahli sementara menyimpulkan, faktor genetika dan lingkungan jadi penyebab autisme yang paling kuat.
Sejumlah gen terlibat dalam memicu autisme. Untuk beberapa anak autis, autisme terkait dengan kelainan genetik seperti sindrom rett dan sindrom fragile X.
Sementara anak autis lainnya, penyebab autisme dipengaruhi mutasi genetik.
Baca juga: Terapi Pelihara Kucing Ampuh Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autisme
Dilansir dari New York Times, mutasi genetik tersebut bisa berasal dari keturunan, atau terjadi secara spontan.
Meskipun ada fakta penyebab autisme berasal dari mutasi genetik. Namun, ahli menyebut tidak semua mutasi genetik pasti menyebabkan autisme.
Selain itu, faktor lingkungan seperti infeksi virus, efek samping obat-obatan, komplikasi selama kehamilan, dan polusi udara juga disebut dapat menyebabkan autisme.
Hal yang perlu diingat, penyebab autisme bukan berasal dari vaksin. Hingga kini, belum ada penelitian kuat yang menunjukkan vaksin tertentu menyebabkan anak autis.
Beberapa penelitian yang kadung beredar dan menyebut vaksin penyebab autisme dianggap tidak valid karena desain dan metode penelitian buruk.
Faktanya, tidak memberikan vaksin kepada anak justru dapat menyebabkan anak berisiko tertular dan menularkan penyakit tertentu kepada orang sekitarnya.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Sariawan Pada Anak
Kabar baiknya, faktor risiko autisme di atas bukanlah takdir atau harga mati.
Baca juga: Radang Tenggorokan pada Anak: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati
Faktanya, sebagian keluarga dengan faktor risiko autisme tersebut tidak memiliki anak autis.
Selain itu, autisme bukanlah penyakit. Hanya saja, penyandang autis memiliki cara interaksi sosial dan komunikasi yang berbeda dari orang kebanyakan.
Anak autis bisa tumbuh menjadi orang dewasa dengan kehidupan yang utuh dan baik.
Seperti orang kebanyakan, orang atau anak autis juga memiliki hal yang mereka sukai dan tidak mereka kuasai.
Kendati memiliki cara bersosialisasi berbeda, pengidap autis dapat mendapatkan teman, memiliki hubungan, dan pekerjaan.
Asalkan, anak autis diberikan dukungan ekstra dari orang terdekat dan perawatan yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.