KOMPAS.com - Pernahkah Anda merasa sulit berbahagia dan tidak lagi hal yang terasa menarik dalam hidup?
Berada di fase seperti itu memang terasa tidak nyaman. Hidup terasa hampa dan membosankan.
Dalam dunia medis, kondisi tersebut ternyata dikenal dengan istilah anhedonia.
Anhedonia bisa terjadi karena adanya gangguan depresi mayor dan berbagai gangguan kesehatan mental seperti skizofrenia, dan psikosis.
Selain itu, anhedonia juga bisa menjadi tanda adanya gangguan fisik seperti penyakit parkinson, diabetes, dan penyakit arteri koroner.
Baca juga: Penerima Vaksin Covid 19 Tetap Bisa Tularkan Virus Corona, Mengapa?
Ada dua tipe anhedonia yang biasa terjadi, yakni anhedonia fisik dan sosial.
Anhedonia fisik membuat penderitanya tidak mampu merasakan kebahagiaan atau kenikmatan dari sentuhan seperti makan, berpelukan dengan orang tersayang, atau berhubungan seks.
Anhedonia sosial membuat penderitanya tidak tertarik melakukan kontak sosial dan tidak merasa bahagia atau senang saat berada dalam situasi sosial.
Gejala anhedonia yang umum terjadi antara lain:
Anhedonia adalah gejala utama dari depresi. Akan tetapi, tidak semua orang yang menderita anhedonia mengalami depresi.
Menurut laman healthline, ri-ciri kepribadian tertentu dapat menjadi faktor risiko untuk mengembangkan gangguan psikotik, seperti skizofrenia.
Anhedonia juga dapat terjadi karena penggunaan narkoba atau mengalami stres atau kecemasan yang tinggi.
Menurut para ahli, anhedonia mungkin terkait dengan perubahan aktivitas otak.
Penderita anhedonia biasanya memiliki masalah dengan cara otak memproduksi atau merespons dopamin, zat kimia yang memicu rasa bahagia.
Riset menunjukkan bahwa neuron dopamin di area otak yang disebut korteks prefrontal mungkin terlalu aktif pada orang dengan anhedonia.