Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/01/2021, 16:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Kondisi ini bisa mengganggu jalur yang mengontrol cara kita merasakan perasaan bahagia.

Meskipun merasa sulit berbahagia dan merasakan semua gejala yang mengarah pada anhedonia, kita tidak boleh mendiagnosis diri sendiri.

Butuh bantuan ahli untuk menentukan apakah kita mengalami anhedonia atau tidak.

Baca juga: Memahami Dampak Mother Wound, Luka Akibat Kurangnya Sosok Ibu

Pengobatan anhedonia

Sebagai langkah pertama untuk mencari perawatan, kita harus mencari bantuan seorang profesional medis untuk mengetahui penyebab anhedonia.

Jika tidak ada masalah medis yang memicu angedonia, dokter biasanya akan merekomendasikan pasien untuk menemui psikiater, psikolog, atau ahli kesehatan mental lainnya.

Biasanya, anhedonia yang terjadi karena depresi akan diatasi dengan menggunakan antidepresan.

Jenis pengobatan lain yang dapat digunakan dalam beberapa kasus adalah terapi elektrokonvulsif (ECT).

ECT adalah salah satu perawatan paling efektif untuk depresi berat, terutama pada pasien depresi yang tidak merespon obat.

Perawatan ECT dilakukan dengan memasang elektroda di kepala dan mengalirkan arus listrik dna pasien yang menjalani prosedur tersebut berada di bawah pengaruh bius total.

Metode pengobatan lainnya adalah stimulasi magnetik transkranial (TMS) menggunakan medan magnet untuk merangsang sel saraf.

Prosedur ini menggunakan arus listrik yang lebih kecil dari ECT dan tidak memerlukan anestesi umum.

TMS juga bisa digunakan untuk mengatasi deprsi berat. Pilihan pengobatan terakhir adalah stimulasi saraf vagus (VNS) dengan menanamkan perangkat medis yang mirip dengan alat pacu jantung di dada pasien.

Kabel perangkat ini menciptakan impuls listrik biasa yang merangsang otak.

Seperti ECT dan TMS, VNS dapat mengobati depresi pada orang yang mengalami depresi yang tidak menanggapi pengobatan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com