KOMPAS.com - Di pasaran, tersedia beragam jenis obat batuk untuk mengobati masalah kesehatan ini.
Obat batuk tersebut memiliki bahan aktif dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan jenis penyakitnya.
Ada obat batuk berdahak, obat batuk kering, obat batuk dan flu, obat batuk alergi, sampai obat batuk dan pilek.
Berikut penjelasan lebih lanjut terkait jenis obat batuk, fungsi, dan efek sampingnya.
Baca juga: Ciri-ciri Batuk Kering dan Cara Mengobatinya
Terdapat beragam jenis obat batuk di pasaran dengan bahan aktif berbeda sesuai fungsinya, yakni:
Dilansir dari Patient, obat batuk ini bekerja dengan cara mengurangi refleks batuk.
Fungsi obat batuk ini untuk mengatasi batuk kering.
Contoh obat batuk ini: dextromethorphan, pholcodine.
Obat batuk ini bekerja dengan melonggarkan saluran napas, sehingga penderita bisa mengeluarkan lendir atau dahak yang berlebihan.
Fungsi obat batuk ini untuk mengatasi batuk berdahak.
Contoh obat batuk ini: guaifenesin, ipecacuanha.
Baca juga: 10 Penyebab Batuk Berdarah dan Kapan Perlu Waspada
Obat batuk ini bekerja dengan mengurangi pelepasan histamin atau zat yang dikeluarkan tubuh saat terkena alergi atau infeksi, dengan begitu produksi lendir dari paru-paru bisa berkurang.
Fungsi obat batuk ini untuk mengatasi batuk karena alergi.
Contoh obat batuk ini: brompheniramine, chlorphenamine, diphenhydramine, doxylamine, promethazine, triprolidine.
Baca juga: 8 Obat Batuk Alami yang Terbukti Ampuh
Obat batuk ini bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah di paru-paru dan hidung.
Fungsi obat batuk ini untuk mengatasi batuk dan pilek atau batuk dan flu.
Contoh obat batuk ini: fenilefrin, pseudoefedrin, efedrin, oxymetazoline, xylometazoline.
Melansir WebMD, beberap obat batuk mengandung bahan aktif kombinasi antara antitusif, dekongestan, dan penghilang rasa sakit.
Fungsi obat batuk ini umumnya untuk mengatasi batuk disertai gejala flu seperti tidak enak badan, hidung tersumbat, dan badan terasa nyeri.
Baca juga: Batuk karena Asam Lambung, Begini Cara Mengatasinya...
Obat batuk yang tersedia di pasaran umumnya aman digunakan sebagian besar orang dewasa dan anak-anak di atas usia enam tahun.
Anak-anak di bawah enam tahun lebih disarankan mengonsumsi obat batuk alami atau minum obat batuk yang diresepkan dokter.
Demikian juga dengan penderita penyakit kronis, ibu hamil, dan ibu menyusui. Pastikan selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat batuk yang dijual bebas di apotek atau toko obat.
Sebelum membeli obat batuk, tanyakan kepada apoteker apakah obat batuk yang akan dibeli aman dan tidak bereaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi.
Baca dengan cermat informasi dalam kemasan obat. Pasalnya, beberapa obat batuk juga mengandung bahan lain seperti parasetamol, ibuprofen, atau bahan lain. Hindari dosis obat berlebihan dari komposisi sejenis dari obat yang sudah Anda minum.
Baca juga: 7 Cara Alami Meredakan Batuk Berdahak
Obat batuk jenis dextromethorphan dapat memengaruhi obat antidepresi jenis penghambat oksidase monoamine (MAOI). Reaksi dua obat ini bisa meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung perlu berhati-hati saat minum obat batuk jenis dekongestan.
Agar lebih aman, jika Anda sedang menjalani pengobatan apa pun, tanyakan kepada dokter Anda sebelum minum batuk yang dijual bebas di pasaran.
Jika Anda sudah minum obat batuk lebih dari dua minggu dan batuk tak kunjung sembuh, Ada juga perlu berkonsultasik ke dokter.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.