Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Faktor Risiko dan Gejala Depresi Pascapersalinan Pada Pria

Kompas.com - 20/04/2021, 12:10 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kita sering mendengar adanya depresi pascapersalinan di kalangan wanita.

Namun, tahukah Anda bahwa depresi pascapersalinan juga bisa terjadi pada pria?

Depresi pascapersalinan pada pria telah mempengaruhi sekitar dua hingga 25 persen pada pria.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), angka ini dapat meningkat hingga 50 persen bila ibu juga mengalami depresi pascapersalinan.

Tentunya, hal ini bisa menggangu kesejahteraan keluarga, khususnya anak-anak.

Baca juga: 3 Jenis Gangguan Kesehatan Mental Pascapersalinan

Faktor risiko depresi pascapersalinan pada pria

Tuntutan dan tanggung jawab baru selama kehamilan dan masa nifas seringkali juga menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan seorang ayah.

Karena itu, penting untuk memahami faktor risiko apa yang dapat memengaruhi perkembangan depresi.

Berikut beberapa faktor risiko yang memicu depresi pascapersalianan pada pria:

  • Kesulitan mengembangkan keterikatan dengan bayi
  • Kurangnya panutan pria yang baik
  • Kurangnya dukungan sosial atau bantuan dari keluarga dan teman
  • Perubahan dalam hubungan perkawinan, seperti kurangnya keintiman pasangan
  • Merasa dikucilkan dan cemburu atas ikatan ibu-anak
  • Kurangnya penghargaan dalam mengasuh anak
  • Depresi ibu
  • Keuangan dan stres kerja
  • Testosteron rendah.

Gejala

Pria mungkin menunjukkan tanda-tanda depresi yang berbeda daripada wanita.

Mereka mungkin tidak menangis tetapi merasa frustrasi dan marah. Gejala depresi pasa persalinan pada pria bisa berupa berikut:

  • mudah tersinggung
  • impulsif
  • perasaan tidak dapat menemukan kesenangan dalam apa pun.

Ayah yang depresi lebih cenderung terlibat dalam penggunaan narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, dan menghalangi pasangannya untuk menyusui atau memompa ASI.

Bahaya depresi pascapersalinan pada pria

Suasana hati seorang ayah memengaruhi cara dia berinteraksi dengan anak-anak dan pasangannya.

Ayah yang depresi juga lebih mungkin memukul anak mereka daripada mereka yang tidak depresi.

Mereka cenderung tidak berinteraksi dengan cara yang positif, seperti bermain game, menyanyikan lagu untuk anak-anak mereka.

Baca juga: 6 Manfaat Puasa untuk Kesehatan Mental

Anak-anak dari ayah yang mengalami depresi lebih tinggi kemungkinannya mengalami masalah emosi dan perilaku di saat besar nanti.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa depresi seorang ayah di awal kehidupan seorang anak membuat anak tersebut berisiko mengalami keterlambatan perkembangan.

Depresi pada ayah juga meningkatkan konflik dalam hubungan perkawinan dan membuat ibu lebih rentan terhadap depresi.

Setiap orangtua bisa mengalami depresi saat baru memiliki bayi dan memulai sebuah keluarga.

Namun, hal tersebut bukan berarti Anda adalah orang tua yang buruk.

Faktanya, meminta bantuan profesional kesehatan mental akan membantu Anda untuk mengatasi fase depresi.

Jadi, jangan sungkan untuk meminta bantuan ketika mengalami gejala depresi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau