Jika kita memikirkan kejadian atau situasi yang menyakitkan, dendam yang dipenuhi dengan kebencian dan permusuhan dapat tersulut.
Jika kita membiarkan perasaan negatif menyingkirkan perasaan positif, kita mungkin akan mendapati diri kita ditelan oleh kepahitan atau ketidakadilan kita sendiri.
Beberapa orang mungkin memang secara alami lebih pemaaf daripada yang lain.
Tetapi, bahkan jika kita menyimpan dendam, hampir semua orang bisa belajar menjadi lebih pemaaf.
Jika kita tidak mau memaafkan, kita mungkin akan mengalami berbagai kondisi berikut:
Baca juga: 7 Ciri-ciri Daging Sapi Segar dan Layak Dikonsumsi
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, kabar baiknya, penelitian telah menemukan bahwa tindakan memaafkan dapat mendatangkan manfaat besar bagi kesehatan kita.
Manfaat ini bukan hanya berkaitan dengan kesehatan mental, tapi juga kesehatan raga atau fisik.
Memaafkan di antaranya dapat menurunkan risiko serangan jantung, menekan kadar kolesterol, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi rasa sakit, menyembangkan tekanan darah, serta mengurangi kecemasan, depresi, dan stres.
Karen Swartz, M.D., Direktur Klinik Konsultasi Dewasa Gangguan Suasana Hati di Rumah Sakit Johns Hopkins, Maryland, AS, mengungkap kemarahan kronis menempatkan kita dalam mode melawan-atau-lari, yang mengakibatkan banyak perubahan pada detak jantung, tekanan darah, dan respons kekebalan.
“Perubahan tersebu kemudian dapat meningkatkan risiko depresi, penyakit jantung dan diabetes, di antara kondisi lainnya,” ungkap dia.
Mamaafkan, bagaimanapun, dapat mengurangi tingkat stres yang mengarah pada peningkatan kesehatan tubuh secara umum.
Baca juga: Daging Sapi atau Kambing, Mana yang Lebih Sehat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.