Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2021, 14:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com Demam berdarah (DENG-gey) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia.

Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi dan gejala seperti flu.

Bentuk demam berdarah yang parah, juga disebut demam berdarah dengue, dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) dan kematian.

Jutaan kasus infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya.

Demam berdarah paling sering terjadi di Asia Tenggara, pulau-pulau Pasifik barat, Amerika Latin dan Afrika.

Baca juga: Cara Cegah Demam Tifoid dari Bakteri dalam Makanan

 

Namun, penyakit ini telah menyebar ke daerah baru, termasuk wabah lokal di Eropa dan bagian selatan Amerika Serikat.

Para peneliti sedang mengerjakan vaksin demam berdarah.

Untuk saat ini, di daerah yang sering terkena demam berdarah, cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi populasi nyamuk.

Gejala demam berdarah

Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala demam berdarah.

Ketika gejala benar-benar terjadi, mereka mungkin disalahartikan sebagai penyakit lain - seperti flu - dan biasanya mulai empat hingga 10 hari setelah Anda digigit nyamuk yang terinfeksi.

Demam berdarah menyebabkan demam tinggi, yakni 40 derajat Celcius, dan salah satu dari tanda dan gejala berikut:

  • Sakit kepala
  • Nyeri otot, tulang atau sendi
  • Mual
  • muntah
  • Sakit di belakang mata
  • Kelenjar bengkak
  • Ruam

Kebanyakan orang pulih dalam waktu seminggu atau lebih.

Dalam beberapa kasus, gejala memburuk dan dapat mengancam jiwa.

Ini disebut demam berdarah parah, demam berdarah dengue, atau sindrom syok dengue.

Demam berdarah yang parah terjadi ketika pembuluh darah Anda menjadi rusak dan bocor.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau