KOMPAS.com - Ketika anak mengalami demam, orangtua tentu merasa khawatir. Padahal, dokter anak Sarah Klein mengatakan anak yang mengalami demam belum tentu jatuh sakit.
“Banyak orang tua mengira demam disebabkan langsung oleh virus atau bakteri, tetapi sebenarnya itu disebabkan oleh sistem kekebalan anak Anda yang sedang melawan kuman,” katanya.
Kuman tidak menyukai suhu yang lebih tinggi. Karena itu, tubuh akan mengirim hormon untuk meningkatkan panas setiap kali melawan infeksi.
“Demam mungkin tidak terasa ramah, tetapi tidak selalu menjadi musuh Anda,” kata Klein.
Baca juga: Jari Tangan Bengkak
Klein juga mengatakan ada banyak mitos tentang demam anak yang sering membuat orangtua salah kaprah. Berikut mitos tersebut:
Faktanya, suhu tinggi dapat mengindikasikan penyakit serius pada remaja dan orang dewasa, tetapi tidak selalu pada anak-anak berusia 12 tahun ke bawah.
Sistem kekebalan anak tidak begitu baik, sehingga menyerang setiap kuman dengan kekuatan penuh.
Karena itu, anak-anak bisa mengalami demam tinggi karena flu biasa sementara orang dewasa biasanya tidak.
“Yang lebih penting daripada angka pada termometer adalah bagaimana anak Anda bertindak,” kata Klein.
Untuk mengatasinya, Klein menyarankan agar orangtua memastikan anak minum banyak cairan cairan.
Orangtua juga bisa memberikan anak acetaminophen atau ibuprofen dalam dosis yang tepat.
Faktanya, termometer timpani (telinga) dan temporal (dahi) tidak seakurat termometer digital.
Hasil pengukuran dengan termometer timpani dan termporal bisa dipengaruhi oleh suhu eksteral.
Saat pengukuran suhu dilakukan di bawah mulut, mak hasil pengukuran 3 derajat celcius bisa dikatakan suhu tubuh normal.
Namun, pegukuran suhu di ketiak bisa saja satu derajat lebih rendah. Suhu rektal juga bisa saja sekitar satu derajat lebih tinggi.
Baca juga: Jari Tangan Bengkak