KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Nutrafor Chol
dr Rianti Maharani, Msi
Pakar herbal medis

Kini menduduki posisi sebagai Herbal Organic Consultant di PT Pertamina EP (Persero)-Tambun Field, PT Vale Sumbawa, dan PT Vale Indonesia. Terdaftar dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan aktif di sejumlah organisasi. Sebut saja, Perkumpulan Paricara Usada Indonesia (PPUIN) sebagai leader, Komunitas Organic Indonesia (KOI), Persatuan Dokter Penganut Kedokteran Timur (PDPKT), Indonesia Autoimun Foundation, dan Perkumpulan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI).

Kolesterol Tinggi Kini Intai Anak Muda, Kenali Gejala dan Pengobatannya

Kompas.com - 10/12/2021, 19:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JIKA mendengar istilah kolesterol, boleh jadi Anda akan mengaitkan sejumlah gangguan kesehatan yang umum diderita oleh kalangan lanjut usia (lansia).

Kelebihan kadar kolesterol memang kerap dialami kalangan lansia. Beberapa penyakit yang muncul akibat kadar kolesterol tinggi juga sangat identik dengan kalangan lansia, seperti hipertensi, jantung koroner, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah.

Meski begitu, kelebihan kadar kolesterol sudah mulai mengancam anak muda, lho. Tidak percaya? Tengok saja data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018. Sebanyak 6,3 persen penduduk berusia 15-34 tahun dilaporkan punya kolesterol tinggi.

Jumlah tersebut bisa saja meningkat mengingat pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun ini ikut mendorong kebiasaan sedentari atau bahasa anak mudanya “rebahan”. Kebiasaan inilah yang menjadi momok pendongkrak kadar kolesterol.

Ngomong-ngomong, kolesterol sebenarnya punya fungsi penting bagi tubuh. Lemak dalam darah ini diperlukan tubuh untuk memproduksi hormon seks, vitamin D, serta untuk fungsi otak dan saraf.

Senyawa itu terbagi menjadi dua, yaitu low density lipoprotein (LDL) atau disebut kolesterol jahat dan high density lipoprotein (HDL) alias kolesterol baik.

Adapun batas normal kolesterol pada tubuh sebagai berikut.

1. Pria atau perempuan berusia 19 tahun ke bawah

  • LDL : kurang dari 100 mg/dL
  • HDL : lebih dari 45 mg/dL
  • Non-HDL : kurang dari 120 mg/dL
  • Total : kurang dari 170 mg/dL

2. Pria usia 20 tahun ke atas

  • LDL : kurang dari 100 mg/dL
  • HDL : 40 mg/dL atau lebih tinggi
  • Non-HDL : kurang dari 130 mg/dL
  • Total : 125-200 mg/dL

3. Perempuan usia 20 tahun ke atas

  • LDL : kurang dari 100 mg/dL
  • HDL : 50 mg/dL atau lebih tinggi
  • Non-HDL : kurang dari 130 mg/dL
  • Total : 125-200 mg/dL

Jika kadarnya sudah berlebih, kolesterol akan mengendap dalam pembuluh darah dan menimbulkan sejumlah reaksi pada tubuh. Kondisi inilah yang akhirnya disebut sebagai kolesterol tinggi.

Kondisi kolesterol tinggi ditandai dengan sejumlah gejala, seperti mudah lelah dan mengantuk, serta nyeri tengkuk dan kesemutan. Dua sensasi terakhir dirasakan karena sumbatan pembuluh darah di otak.

Pembuluh darah memiliki ukuran sangat kecil. Jadi, ketika tersumbat oleh suatu zat, peredaran darah dan oksigen ke otak otomatis terganggu. Begitu pula pada jantung.

Ketika sudah menyumbat jantung, rasa nyeri akan terasa di dada kiri. Sensasi ini menjalar ke lengan hingga punggung.

Penyebab kolesterol tinggi

Selain gaya hidup rebahan, kolesterol tinggi juga terjadi karena kebiasaan merokok, asupan energi berlebih, kurang serat, serta stres.

Khusus stres, faktor ini memang bukan penyebab langsung kolesterol tinggi. Meski begitu, Anda tetap perlu mewaspadainya.

Kenapa demikian? Pasalnya, saat stres, otak akan melepaskan hormon kortisol sebagai mekanisme pertahanan. Kondisi ini mengirimkan sinyal lapar.

Tak heran, sebagian besar orang bisa saja makan berlebih ketika stres. Khususnya, makanan yang diyakini dapat meningkatkan suasana hati.

Pola makan yang cenderung asal itu tanpa disadari turut meningkatkan kadar glukosa darah dan trigliserida yang menjadi penyebab kolesterol tinggi.

Di samping gaya hidup, kolesterol tinggi juga bisa terjadi karena faktor keturunan akibat rusaknya gen yang mengatur reseptor LDL. Kerusakan tersebut diwariskan dari salah satu atau kedua orangtua yang memiliki masalah serupa. Namun, kolesterol tinggi akibat genetik lebih jarang terjadi.

Cegah dengan 3P

Guna mencegah kelebihan kolesterol, Anda bisa menerapkan strategi 3P yang terdiri dari pola makan, pola sehat, dan perlu suplemen.

Untuk pola makan, pastikan kebutuhan nutrisi seimbang tercukupi. Intinya, jangan sampai kurang atau berlebihan. Cara paling gampang menggunakan metode Isi Piringku yang terdiri dari 2/3 karbohidrat, 1/3 protein, 2/3 sayuran, dan 1/3 buah.

Selain itu, Anda bisa juga memanfaatkan aplikasi pengukur nutrisi seimbang yang banyak ditemukan di Play Store ataupun App Store. Memang, perlu usaha lebih untuk menjaga pola makan seimbang. Namun, proses tersebut akan membuahkan hasil.

Kemudian, pola aktivitas. Anda perlu mengubah pola aktivitas dari rebahan menjadi aktif. Sebagai permulaan, cobalah aktivitas fisik yang ringan-ringan dulu dan bisa dilakukan di dalam rumah. Lakukan secara konsisten dan terukur.

Anda bisa pula mengikuti program workout yang kini banyak diunggah di Youtube. Pilih program yang sesuai dengan kemampuan. Selain terhindar dari kolesterol tinggi, melakukan olahraga secara konsisten dan terukur akan membuat tubuh terlihat bugar.

Sudah mengubah dua pola hidup tadi, kini saatnya Anda menambahkan suplemen herbal untuk menjaga kadar kolesterol tetap normal pada keseharian Anda.

Ada tiga herba yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol, yaitu red yeast rice (ragi beras merah), guggulipid, dan chromium picolinate.

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam The American Journal of Clinical Nutrition, ragi beras merah memiliki fungsi lepostatin. Fungsi ini biasa terdapat pada obat standar untuk mengatasi kolesterol tinggi, yaitu mengurangi penyerapan kolesterol di dalam usus.

Fungsi itu berasal dari monacolins yang terdapat dalam jamur monascus hasil peragian beras merah. Senyawa itu memiliki struktur mirip lovastatin, yakni zat penghambat koenzim A HMG-CoA atau enzim yang berperan dalam proses pembentukan kolesterol.

Ragi beras merah biasa digunakan oleh masyarakat China untuk melancarkan pencernaan dan sirkulasi darah, serta menurunkan tensi darah pada penderita hipertensi.

Fungsi serupa juga terdapat pada guggulipid yang berasal dari getah pohon Commiphora guggul dan banyak tumbuh subur di India. Berdasarkan studi bertajuk “Guggul for hyperlipidemia: A review by the Natural Standard Research Collaboration”, herba ini memiliki guggusterol yang berperan dalam mencegah perlekatan kolesterol pada pembuluh darah dan meningkatkan HDL.

Selain itu, guggulipid juga dapat membantu mengatasi anti-agregasi platelet atau penggumpalan darah. Dengan kata lain, herba ini berfungsi sebagai pengencer darah.

Tanaman tersebut juga punya efek sebagai anti-inflamasi. Pada penelitian lain, tanaman tersebut punya fungsi sebagai antiartritis atau antirematik.

Sementara, chromium picolinate adalah logam mineral esensial yang berperan dalam memperbaiki kinerja hormon insulin, baik pada penderita diabetes maupun pada orang normal yang mengalami penuaan.

Selain itu, mineral tersebut juga dapat membantu mengatasi berbagai komplikasi akibat kolesterol tinggi, seperti diabetes dan hipertensi.

Salah satu produk suplemen herbal yang mengandung ragi beras merah, guggulipid, dan chromium picolinate adalah Nutrafor Chol produksi perusahaan farmasi ternama PT. Novell Pharmaceutical Laboratories.

Perlu diketahui, produk suplemen tersebut telah melewati serangkaian uji klinis pada manusia.

Berdasarkan penelitian selama delapan minggu terhadap penderita kolesterol tinggi normal atau tidak diikuti penyakit komplikasi lain, penggunaan Nutrafor Chol tidak menimbulkan efek samping, termasuk kelainan pada fungsi ginjal dan hati.

Meski punya manfaat untuk menjaga kolesterol, konsumsi suplemen herbal, seperti Nutrafor Chol, hendaknya memperhatikan interaksi kandungan obat. Utamanya, bila dibarengi dengan obat dokter.

Pasalnya, ada obat kimia yang bersifat sinergis jika digabungkan dengan suplemen herbal sehingga memberikan efek maksimal bagi penyembuhan penyakit. Namun, ada pula yang sebaliknya.

Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter bila Anda ingin mengonsumsi obat herbal dengan obat lain.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com