KOMPAS.com - Spinal cord injury atau cedera tulang belakang bisa memengaruhi bagian saraf dan menyebabkan cacat permanen sampai kematian.
Penyebab spinal cord injury biasanya karena kecelakaan, jatuh, cedera, atau infeksi bakteri dan virus.
Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Jakarta Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS(K) menyampaikan, kasus cedera saraf tulang belakang relatif lebih jarang jika dibandingkan dengan cedera otak. Namun, dampaknya cukup serius.
Baca juga: Kenali Apa itu Spinal Cord Injury, Gejala, dan Penyebabnya
“Kasus cedera saraf tulang belakang jumlahnya tidak sebanyak cedera pada otak,” jelas dia, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (15/12/2021) malam.
Menurut perkiraan secara global, dari 1.000.000 penduduk terdapat 300-1.300 orang yang mengidap cedera saraf tulang belakang.
Dengan asumsi tersebut, diperkirakan di Indonesia ada sekitar 200.000 orang yang menderita cedera saraf tulang belakang.
Sumsum tulang belakang adalah salah satu bagian penting dari jaringan sistem saraf pusat.
Terdapat sekitar 20 juta akson atau taji sel saraf yang tersusun di jalur sumsum tulang belakang dari bagian leher sampai ke panggul.
Sistem saraf ini berfungsi untuk mengirimkan perintah dari otak ke tubuh, seperti mengendalikan otot gerak, mengontrol kinerja jantung, usus, dan organ lain.
Selain itu, sistem saraf tulang belakang juga menjalankan fungsi sensorik atau mengirimkan sinyal dari kulit, otot, atau organ tubuh ke otak.
Wawan menjelaskan, spinal cord injury bisa menyebabkan kerusakan langsung (primer) dan kerusakan tidak langsung (sekunder) pada saraf tulang belakang.
Kerusakan langsung saraf tulang belakang umumnya terjadi akibat trauma pada tulang belakang.
“Tulang yang retak atau patah dapat menekan sampai merobek saraf sumsum tulang belakang. Berat ringannya kerusakan saraf tergantung tekanan pada saraf, berat ringannya hantaman, lamanya tekanan, dan pertolongan medis,” kata dia.
Baca juga: 10 Komplikasi Spinal Cord Injury yang Perlu Diwaspadai
Cedera tulang belakang atau spinal cord injury yang lengkap bisa menyebabkan kelumpuhan permanen.
Namun, jika saraf tidak banyak yang rusak dan penderita segera diberikan pertolongan medis tepat, ada kemungkinan kondisi penderita membaik.