KOMPAS.com - Pikiran juga mempengaruhi kondisi fisik kita. Kalimat itu bukan sekadar mitos belaka.
Nyatanya, telah banyak riset yang membuktikan bahwa luka emosional atau sakit psikis juga bisa memicu sakit fisik.
Luka emosional adalah rasa sakit tau luka yang berasal dari sumber non-fisik.
Luka emosinal bisa terjadi akibat tindakan orang lain atau akibat dari penyesalan, kesedihan, atau kehilangan.
Dalam beberapa hak, luka emosional juga bis aterjadi karena adanya kondisi kesehatan mental yang mendasarinya seperti depresi atau kecemasan.
Apa pun penyebabnya, rasa sakit psikologis ini bisa menjadi intens dan secara signifikan memengaruhi berbagai bidang kehidupan Anda.
Sayangnya, rasa sakit emosinal seringkali disepelkekan, Padahal, hal ini bisa menjadi pemicu berbagai penyakit kronis.
Baca juga: Luhut: Setelah Omicron Terdeteksi, Kasus Covid-19 RI Masih Rendah
Rasa sakit psikologis juga dapat berkontribusi atau memperburuk rasa sakit fisik di berbagai area tubuh.
Beberapa jenis rasa sakit fisik umum yang biasanya terkait dengan tekanan emosional meliputi:
Saat kita mengalami luka psikis, tubuh akan menangkapnya sebagai sinyal bahaya. Hal terseut akan membuat tubuh kita untuk melawannya atau lari dari bahaya tersebut.
Sat hal itu terjadi, produksi hormon stres, yaitu adernalin dan kortisol, semakin meningkat.
Hal itu juga bisa meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, menekan sistem pencernaan, dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Peningkatan hormon tersebut dilakukan agar tubuh memiliki banyak energi. Setelah ancaman hilang, tubuh biasanya kembali ke mode istirahat.
Namun jika luka psikis tersebut berlangsung terus menerus, respon tersebut bisa memicu peradangan.
Peradangan inilah yang nantinya bisa memicu berbagai penyakit pada fisik.