Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2021, 15:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Apa kamu sering batuk setelah makan? Batuk memang salah satu respons yang bisa saja terjadi setelah makan, apalagi jika kita tersedak saat makan.

Mengutip Medical News Today, ada beberapa penyebab yang memungkinkan kita batuk setelah makan.

Sebelumnya, batuk itu adalah reaksi khas dari tubuh manusia yang mencoba menghilangkan iritasi dari saluran napas.

Zat yang memicu iritasi (iritan) terkadang masuk ke dalam tubuh saat kita makan, sehingga menyebabkan kita batuk.

Jika batuk setelah makan sering terjadi, beberapa penyebab yang paling umum, yaitu:

Baca juga: 8 Penyebab Batuk di Malam Hari dan Cara Mengatasinya

1. Alergi makanan

Mengutip Medical News Today, alergi adalah penyebab umum batuk setelah makan.

Alergi makanan dapat berkembang pada usia berapa pun, tetapi biasanya berkembang selama masa kanak-kanak.

Ketika seseorang memiliki alergi makanan, sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi berlebihan terhadap apa yang diyakini sebagai zat berbahaya.

Dalam kasus alergi makanan, seseorang mungkin juga bisa mengalami:

  • Mengi
  • Sesak napas
  • Pilek
  • Anafilaksis

Sementara secara umum makanan yang dapat membuat seseorang alergi, meliputi:

  • Susu
  • Kedelai
  • Kacang-kacangan
  • Telur
  • Kerang

Orang dapat memiliki alergi terhadap satu atau lebih makanan.

Mengutip Helathline, batuk sebagai respons karena alergi makanan biasanya akan terjadi 2 jam setelah makan.

Jika seseorang batuk karena alergi makanan, penting untuk mengetahui makanan apa yang memicu batuk.

Periksa ke dokter dapat membantu menentukan makanan yang menyebabkanmu bereaksi batuk setelah makan.

Baca juga: Batuk Rejan

2. Asma

Mengutiap Healthline, Asma adalah penyakit kronis yang menyerang paru-paru.

Asma biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, tetapi juga dapat muncul ketika usia tua.

Jika kita batuk setelah makan, seperti bir, wine, buah kering, acar bawang, dan muinuman bersoda, ada kemungkinan penyebabnya adalah kita memiliki asma.

Makanan dan minuman tersebut mengandung sulfit. Sulfit adalah salah satu bahan kimia yang dapat memicu asma.

3. Disfagia

Mengutip Healthline, disfagia adalah kondisi manusia yang mengalami kesulitan menelan makanan.

Jika menderita disfagia, tubuh seseorang membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya untuk memindahkan makanan dan cairan dari mulut ke perut.

Itu membuat menelan terasa sakit atau tidak nyaman.

Disfagia itu yang bisa membuat kita batuk atau tersedak saat menelan.

Disfagia juga dapat membuat kita merasa seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan, sehingga menyebabkan batuk setelah makan.

Baca juga: Batuk

4. Refluks asam

Refluks asam terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan.

Ada cincin otot di sekitar bagian bawah kerongkongan dan mengelilingi esofagus tepat di atas pintu masuk menuju lambung kita, yang disebut sfingter esofagus bawah.

Otot sfingter ini biasanya bertugas untuk membuka dan menutup kerongkongan sesuai kebutuhan.

Mengutip Medical News Today, saat seseorang makan atau minum, sfingter esofagus bawah itu posisi rileks (menutup) untuk memungkinkan makanan masuk ke perut.

Dalam beberapa kasus, sfingter esofagus bawah tidak menutup sepenuhnya yang memungkinkan asam dari lambung naik ke atas.

Asam lambung dapat mengiritasi pipa makanan dan menyebabkan batuk setelah makan. Bisa juga disertai:

  • Sakit tenggorokan.
  • Rasa pahit di belakang tenggorokan.
  • Rasa asam di mulut.
  • Sensasi terbakar di dada.

Baca juga: Batuk Kronis

Refluks asam lebih sering disebabkan oleh penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau refluks laringofaring (LPR).

Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)

Mengutip Healthline, GERD adalah kondisi kronis yang menyebabkan refluks asam yang lebih parah dan berkelanjutan.

Sebuah batuk kronis, terutama setelah makan, merupakan gejala umum. Gejala GERD lainnya termasuk:

  • Mengalami refluks asam setidaknya 2 kali seminggu.
  • Mual atau muntah.
  • Kesulitan menelan.
  • Mengi.
  • Bersendawa.

Refluks laringofaring (LPR)

Refluks laringofaring adalah jenis GERD yang melibatkan asam lambung yang melewati kerongkongan dan masuk ke laring atau bahkan hidung.

Namun seseorang dapat menderita LPR dengan atau tanpa GERD.

LPR dapat membuat seseorang batuk selama dan setelah makan. Seseorang mungkin juga batuk saat bangun tidur, berbicara, atau tertawa.

Gejala LPR meliputi:

  • Suara serak
  • Terus-menerus perlu membersihkan tenggorokan.
  • Sensasi lendir ekstra yang terasa di bagian belakang tenggorokan dari hidung, yang disebut postnasal drip.

Baca juga: Batuk Darah

5. Pneumonia aspirasi

Mengutip Healthline, paru-paru yang sehat biasanya membersihkan diri, tetapi jika tidak, bakteri dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut pneumonia aspirasi.

Bakteri itu bisa berasal dari potongan-potongan kecil atau tetesan cairan yang kita konsumsi, kemudian terhirup ke dalam paru-paru.

Mengalami refluks asam atau disfagia meningkatkan risiko terkena pneumonia aspirasi.

Batuk yang terdengar basah setelah makan adalah gejala pneumonia aspirasi. Ada juga yang mungkin batuk lendir dan terlihat hijau atau berdarah. Gejala lain termasuk:

  • Sakit untuk menelan.
  • Batuk atau mengi setelah makan.
  • Maag.
  • Demam yang dimulai dalam waktu 1 jam setelah makan.
  • Pneumonia berulang.
  • Air liur ekstra.
  • Penyumbatan setelah makan atau minum.
  • Sesak napas atau kelelahan saat makan atau minum.

Jika tidak diobati, pneumonia aspirasi dapat menyebabkan masalah serius, seperti abses paru atau gagal napas.

Baca juga: Batuk Kering

6. Infeksi saluran pernapasan

Mengutip Healthline, banyak batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, tetapi batuk ini biasanya sembuh dalam dua hingga tiga minggu.

Setiap batuk yang berlangsung 8 minggu atau lebih dianggap kronis.

Batuk kronis setelah makan bisa disebabkan oleh infeksi yang tidak kunjung sembuh dengan baik.

Batuk yang disebabkan oleh infeksi terdengar, seperti batuk yang keras, kering, dan terus-menerus.

Batuk setelah makan karena infeksi ini menyebabkan peradangan pada saluran napas, yang dapat menyebabkan batuk lebih banyak.

Batuk yang disebabkan oleh infeksi sulit diobati karena siklus peradangan dan batuk mencegah penyembuhan.

Jika batuk tidak kunjung reda, dokter mungkin akan meresepkan obat antiperadangan, seperti steroid inhalasi atau oral.

Baca juga: Tak Bisa Disepelekan, Kenali Penyebab Batuk Kering pada Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau