KOMPAS.com - Cedera kepala pada anak sering kali membuat para orangtua khawatir.
Tentu hal ini bukan tanpa alasan, cedera kepala pada masa kanak-kanak memang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit mental berikutnya, pencapaian sekolah yang buruk, bahkan kematian dini.
Mengutip Hopkins Medicine, cedera kepala adalah istilah luas yang menggambarkan beragam cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, otak, jaringan dan pembuluh dari di bawah kepala anak.
Cedera kepala juga sering disebut sebagai cedera otak, atau cedera otak traumatis (TBI), tergantung pada tingkat trauma kepala.
Baca juga: Anak juga Bisa Depresi, Kenali Tanda-tandanya
Cedera kepala pada anak bisa ringan dan sedang hingga berat.
Ada pun fraktur tengkorak dibedakan menjadi 4 jenis utama yaitu:
Patah tulang yang tidak menggeser tulang.
Dalam banyak kasus cedera kepala pada anak-anak, fraktur tengkorak dapat diamati di unit gawat darurat atau rumah sakit untuk waktu yang singkat, dan biasanya dapat melanjutkan aktivitas normal dalam beberapa hari.
Biasanya tidak ada intervensi yang diperlukan.
Baca juga: 7 Macam Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diwaspadai Orangtua
Jenis fraktur ini dapat terlihat dengan atau tanpa luka di kulit kepala.
Pada fraktur ini, sebagian tengkorak sebenarnya tenggelam akibat trauma.
Jika bagian dalam tengkorak ditekan ke otak, jenis patah tulang tengkorak ini memerlukan intervensi bedah untuk membantu memperbaiki deformitas.
Patah tulang yang terjadi di sepanjang garis sutura di tengkorak.
Sutura adalah area di antara tulang-tulang di kepala yang menyatu dengan pertumbuhan anak.
Pada jenis fraktur ini, garis sutura normal melebar. Fraktur jenis ini lebih sering terlihat pada newborn (0-2 bulan) dan infant (0-12 bulan).