Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2022, 09:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Efek pseudobulbar atau pseudobulbar affect (PBA) adalah kondisi yang ditandai dengan episode tertawa atau menangis secara tiba-tiba dan tidak terkendali.

Pseudobulbar affect umumnya terjadi pada orang dengan kondisi atau cedera neurologis tertentu yang mungkin memengaruhi cara otak mengontrol emosi.

Seseorang dengan kondisi ini dapat merasakan emosi dengan normal pada umumnya. Namun, terkadang emosi yang terasa diekspresikan dengan cara yang berlebihan atau tidak pantas (tidak pada tempatnya, tidak sopan, dan sebagainya).

Baca juga: 4 Jenis Gangguan Emosi dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Fisik

Pseudobulbar affect dapat menjadi memalukan dan memengaruhi kualitas hidup.

Gejala

Beberapa gejala pseudobulbar affect, yaitu:

  • ledakan tawa atau tangis yang tidak terkendali atau tiba-tiba sebagai respons terhadap suatu peristiwa pemicu dengan emosi yang sesuai atau tidak sesuai dengan peristiwa tersebut
  • tertawa atau menangis yang tidak proporsional dengan pemicu dan suasana hati orang tersebut
  • tertawa atau menangis tanpa alasan yang jelas
  • ledakan emosi yang lebih intens, sering, atau berlebihan daripada yang dialami individu sebelumnya
  • ledakan kemarahan atau frustrasi tanpa pemicu tertentu.

Penyebab

Efek pseudobulbar dapat terjadi pada orang dengan kondisi atau cedera neurologis, termasuk:

  • stroke
  • sklerosis lateral amiotrofik (ALS)
  • sklerosis ganda
  • cedera otak traumatis
  • penyakit alzheimer
  • penyakit parkinson
  • demensia
  • penyakit Wilson
  • tumor otak
  • lesi otak (termasuk atrofi spinoserebelar)
  • epilepsi.

Baca juga: Cara Hadapi Gejolak Emosi di Tengah Pandemi

Diagnosis

Efek pseudobulbar cenderung tidak terdiagnosis, kurang terdiangosis, atau salah diagnosis sebagai jenis gangguan suasana hati (mood), terutama sebagai depresi.

Hal ini khususnya terjadi saat menangis adalah emosi yang lebih umum diungkapkan.

Meskipun orang dengan gangguan ini mungkin juga mengalami depresi, baik secara mandiri atau sebagai akibat dari PBA, episode menangis dapat lebih bersifat intens.

Gejala lain yang sering diamati pada depresi, seperti gangguan tidur atau kehilangan nafsu makan, tidak diamati pada pengaruh pseudobulbar.

Orang dengan kondisi ini juga seringkali mengekspresikan diri tidak sesuai dengan suasana hati mereka atau seolah dilebih-lebihkan.

Perawatan

Pengobatan dari pseudobulbar affect bertujuan untuk mengurangi keparahan frekuensi ledakan emosi.

Pilihan pengobatan meliputi:

  • antidepresan: antidepresan trisiklik (TCA) dan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) dapat membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan episode efek pseudobulbar. Dosis yang digunakan cenderung lebih rendah ketimbang untuk pengobatan depresi.
  • dekstrometorfan hidrobromida dan quinidine sulfat (Nuedexta): satu-satunya obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) yang dirancang khusus untuk mengobati efek pseudobulbar.

Selain itu, terapi okupasi juga dapat membantu.

Baca juga: 6 Cara Mengelola Emosi di Tengah Kondisi yang Serba Tidak Pasti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau