Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Tes Covid-19 Bisa Berbeda, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 14/02/2022, 10:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan swab Antigen masih jadi dua tes yang umum digunakan dalam diagnosis Covid-19.

Namun, beberapa kalangan merasa metode ini janggal lantaran dua atau lebih hasil tes Covid-19 bisa berbeda-beda.

RT-PCR dilakukan dengan mengambil sampel dari belakang hidung untuk mengekstraksi RNA virus guna diamplifikasi dalam mesin.

Baca juga: Kontak Erat, Kapan Perlu Tes Antigen atau PCR Pemeriksaan Covid-19?

Berbeda dengan PCR, tes Antigen hanya mendeteksi protein spesifik dari Covid-19 atau SARS-CoV-2 tanpa adanya amplifikasi.

Belakangan juga ramai seorang public figure yang melakukan tes Covid-19 dengan hasil RT-PCR positif, namun hasil Antigen negatif dalam waktu yang berdekatan.

Berikut alasan perbedaan hasil tes Covid-19 dalam waktu yang berdekatan menurut ahli.

Alasan Perbedaan Hasil Tes Covid-19

Spesialis Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc, Sp.MK menjelaskan, faktor CT value atau banyaknya jumlah sampel virus sangat memengaruhi hasil tes.

Perlu diketahui, semakin banyak jumlah virus maka ukuran CT value semakin kecil.

Pada tes Covid-19 Antigen, orang dengan CT value tinggi berpotensi false negative.

"Kenapa hasilnya beda? Karena tergantung banyak virusnya," jelasnya saat diwawancarai Kompas.com pada Sabtu (12/2/2022).

"Kalau virusnya banyak, hasilnya itu harusnya tidak banyak berbeda. Tetapi kalau sedikit, itu bisa saja virusnya tidak terambil terutama pada tes Antigen sehingga hasilnya bisa berbeda," kata Rebriarina.

Rebriarina menambahkan, tes RT-PCR dan Antigen tidak bisa disandingkan, hal ini karena kedua tes tersebut menggunakan dua metode yang berlainan.

“Antigen dan PCR tidak bisa dibandingkan. Kalau di PCR itu ada amplifikasi, kalau antigen tidak ada amplifikasi. Antigen sangat bergantung jumlah virus yang ada di hidung. Kalau jumlahnya sangat banyak itu baru bisa terdeteksi, biasanya CT value di bawah 25 baru bisa terdeteksi,” ungkap Rebriarina.

Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 di Depan Mata, Kenali 4 Gejala Omicron

“Kalau PCR tergantung reagen yang digunakan, yang kebanyakan dipakai biasanya cut-off-nya 40, tetapi ada juga yang cut-off-nya 31. Hasil PCR yang memakai reagen dengan cut-off 40 dan 31 tentu saja tidak dapat dibandingkan. Jika memakai reagen dengan cut-off 31, CT value di atas 31 bisa jadi tidak terdeteksi,” tambahnya.

Meskipun demikian, CT value tidak bisa menjadi patokan aman bahwa seseorang tidak lagi menularkan virus.

“Kita tidak bisa berpatokan CT value yang tinggi tidak berbahaya, karena justru CT value tinggi juga bisa terjadi di awal penyakit di mana virus belum banyak bereplikasi tapi virusnya masih utuh dan masih sedang bereplikasi aktif,” kata Rebriarina.

Selain jumlah virus atau CT value, faktor teknis seperti fasilitas kesehatan dan teknik pengambilan sampel juga bisa menyebabkan hasil tes yang berbeda.

“Alat tes Covid-19 itu kan banyak merk. Ada beberapa memang yang kurang, atau juga kesalahan teknis pada saat pemeriksaan sampel bisa membuat hasil berbeda," kaa Rebriariana menjelaskan.

"Tapi ini seharusnya tidak terjadi pada laboratorium yang tersertifikasi dan lolos uji pemantapan mutu internal dan eksternal” tambahnya.

Perlukah Tes Covid-19 Lebih dari Sekali?

Beberapa orang melakukan tes Covid-19 lebih dari sekali pada waktu yang berdekatan karena ragu pada hasil yang didapat.

Pada gelombang lanjutan pandemi awal tahun 2022 ini, kemunculan Covid-19 varian Omicron telah dipastikan oleh Kementerian Kesehatan sebagai biang keladinya.

Baca juga: Kenapa Hasil Tes Covid-19 dalam Sehari Bisa Berbeda? Ini Kata Ahli...

Menurut dr. Rebriarina, tes Covid-19 untuk mendeteksi varian Omicron yang pas adalah tiga hari setelah kontak erat atau bergejala untuk meminimalisasi false positive atau false negative.

“Varian Omicron, berdasarkan studi, kemunculan gejalanya lebih cepat, rata-rata tiga (3) hari," kata Rebriariana.

"Kalau kita sumber dayanya tidak banyak, ya kita tes minimal setelah 3 hari setelah kontak erat sembari karantina. Kalau sumber daya kita banyak, begitu tahu bahwa kita kontak erat atau ada gejala bisa langsung tes," jelasnya.

Rebriarina berpendapat, tes dua kali memang dilakukan pada kasus-kasus tertentu, yakni pada:

  • Orang dengan gejala infeksi saluran pernapasan atau Covid-19 dengan hasil tes PCR negatif. Tes diulang dihari kedua untuk meningkatkan positivity rate
  • Hasil tes negatif namun bergejala dikemudian hari selama masa inkubasi 14 hari
  • Hasil tes negatif namun memiliki kontak erat dengan pasien Covid-19 dan bergejala selama masa karantina.

“Kalau ada pasien yang datang dengan gejala Covid-19, seperti gejala infeksi saluran napas, batuk, pilek, demam, tapi hasil PCR negatif, padahal gejalanya sangat mengarah ke Covid-19, maka dilakukan PCR kedua, untuk meningkatkan positivity rate-nya di hari kedua,” ujar Rebriariana.

“Lalu, misal dites negatif beberapa hari kemudian ada tambahan gejala, bisa juga dites kembali,” sambungnya.

Hal ini tentu berbeda pada orang yang tidak memiliki gejala namun kontak erat dengan pasien Covid-19.

"Berbeda pada orang yang tidak bergejala, sekali negatif kemudian kalau dia kontak erat, PCR diulang lagi ketika dia di kemudian hari muncul gejala selama masa inkubasi 14 hari,” tutupnya.

Baca juga: Kenapa Hasil Tes Swab PCR dalam Waktu Berdekatan Bisa Berbeda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau