KOMPAS.com – PT Fujifilm Indonesia atau Fujifilm menghadirkan setidaknya dua perangkat rontgen berbasis teknologi artificial intelligence (AI) dan teknologi informasi (TI)
Peluncuran perangkat tersebut merupakan bagian dari komitmen Fujifilm dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Perangkat rontgen portabel sinar-x berbasis AI tersebut hadir secara perdana di Rumah Sakit Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Jumat (18/3/2022).
Presiden Direktur Fujifilm Indonesia Masato Yamamoto mengatakan, kesehatan merupakan hal penting bagi masyarakat.
Sebagai perusahaan yang beragam, inovatif, dan memahami kebutuhan pasar lokal, kata Masato, Fujifilm Indonesia bertekad membantu meningkatkan akses layanan pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat Indonesia.
Masato menambahkan, pengadaan alat tersebut sejalan dengan kampanye “Never Stop” yang diusung Fujifilm. Pihaknya akan selalu konsisten berinovasi demi Indonesia yang lebih sehat, yakni dengan menyatukan teknologi, produk, dan layanan eksklusif di seluruh daerah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau.
“Berkat bentuknya yang portabel, alat ini bisa dibawa ke mana saja, termasuk daerah terpencil,” ujar Masato dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (23/3/2022).
Alat rontgen dari Fujifil, imbuh Masato, merupakan solusi compact dengan tingkat radiasi rendah dan didukung dengan kecerdasan buatan. Perangkat ini dapat membantu dokter dalam melakukan diagnosis.
“Seluruh produk dan layanan berbasis AI dari Fujifilm telah tersebar di lebih dari 50 negara di seluruh dunia. Keberadaan perangkat tersebut diharapkan dapat menjadi solusi skrining dini terhadap penyakit tuberkulosis (TB),” tutur Masato.
Sebagai informasi, berdasarkan Laporan Global WHO terdapat delapan negara yang menyumbang dua pertiga dari keseluruhan kasus TB baru di dunia, seperti India dengan angka tertinggi, disusul oleh China, Indonesia, Filipina, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Untuk Indonesia, terdapat sekitar 38.000 orang yang meninggal akibat TB pada 2020. Selain itu, TB juga menimbulkan beban anggaran yang cukup besar bagi negara, yakni senilai Rp 92 triliun.
Sebagian besar pasien TB tidak mendapatkan pengobatan memadai karena sering mengalami keterlambatan deteksi. Keterlambatan diagnosis berpengaruh besar terhadap peningkatan angka penularan dan kematian.
Keterlambatan deteksi, salah satunya, disebabkan oleh akses menuju mesin rontgen terbatas. Selain itu, faktor ekonomi, geografis, dan pandemi juga menjadi penyebab deteksi terhadap TB terkendala.
Keberadaan perangkat rontgen berbasis AI dari Fujifilm disambut positif oleh kalangan tenaga medis, khususnya di bidang radiologi.
Salah satunya, menjadi media penyimpanan citra digital pasien.
Selain itu, perkembangan teknologi dalam bidang radiologi, seperti PACS, juga membantu untuk melakukan diagnosis, pengukuran, dan visualisasi tiga dimensi (3D) yang lebih baik.
“Sejauh ini, Synapse PACS dari Fujifilm yang telah diimplementasikan di RS PON dan sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas, alur kerja, efisiensi, serta kemampuan dalam mendiagnosis pasien. Dengan begitu, pelayanan kepada pasien menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan RS PON dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien,” jelas dr Melita.
Hal senada juga disampaikan dokter spesialis bedah umum dan payudara di klinik kesehatan khusus wanita, MedicElle Clinic, Surabaya, dr Sahar Bawazeer SpB. Berkat alat kesehatan dari Fujifilm, MedicElle Clinic menjadi salah satu fasilitas kesehatan dengan teknologi mammography canggih di Indonesia saat ini.
“Klinik kami tempat pertama dari pengoperasian alat Fujifilm ini. Semoga ke depan dapat menjadi trendsetter dalam skrining kanker payudara di Indonesia,” kata Dr Sahar.
Selain menghadirkan inovasi produk, Fujifilm juga akan meresmikan keberadaan Pusat Pembelajaran Radiologi Fujifilm pertama di Indonesia, tepatnya di Politeknik Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Jakarta II, Kamis (31/3/2022).
Melalui lembaga tersebut, Fujifilm ingin memberikan kontribusi berupa edukasi mengenai industri kesehatan bersama para ahli lokal.
General Manager Divisi Medis Fujifilm Indonesia Jatmiko Dwiwantoro mengatakan, pusat pembelajaran tersebut merupakan bukti keseriusan Fujifilm untuk memberdayakan ahli radiologi muda di Indonesia.
Mereka diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman seputar radiologi secara mendalam di Pusat Pembelajaran Radiologi Fujifilm.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat terus dilanjutkan karena Fujifilm Indonesia percaya bahwa teknologi dan inovasi dapat bekerja bersama dengan ahli medis terdepan di negara ini dan berbagi tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat Indonesia,” kata Jatmiko.
Fujifilm Indonesia, lanjut Jatmiko, memiliki komitmen besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia di bidang kesehatan melalui teknologi inovatif dan keahlian yang luas.
Selain itu, Fujifilm juga mendukung pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi melalui pembuatan vaksin dan diagnosis menggunakan alat pencitraan akurat di pusat perawatan. Kedua hal ini berperan penting dalam penyembuhan pasien Covid-19.